Beberapa fase perkembangan yang dilalui oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), secara keilmuan merupakan proses mengintegrasikan keilmuan Islam (Islamic Studies) dan keilmuan umum (sains, sosial dan humaniora). Hal tesebut tentu menjadi cita-cita besar bagi institusi, sebuah cita-cita yang masih panjang dan terus berkembang.
Mustadin, S.Psi., M.Si, staf pengajar Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menilai UIN yang muncul saat ini merupakan institusi yang menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar atau perkembangan kehidupan sosial ekonomi nasional maupun global. Dengan demikian, UIN yang dahulu menjadi tempat mencetak para muballigh cenderung berupaya menjadi institusi yang ingin mengambil bagian dalam pertempuran industri pendidikan.
“Itulah yang sedang marak dan melanda hampir semua institusi pendidikan di dunia, yaitu mengarahkan pengembangan bidang studi yang sedang dibutuhkan pasar,” katanya di Auditorium Fakultas Psikologi UGM, Rabu (22/1) saat menjalani ujian terbuka program doktor.
Menurut Mustadin, ada lima fase perkembangan identitas organisasi yang muncul dalam perjalanan perubahan IAIN menjadi UIN. Fase status quo, fase conflictual pressure, fase negosiasi-persuasif, fase empowering dan fase continues-improvement.
Dalam fase continous-improvement, katanya, perubahan organisasi tidak berhenti melainkan terus berusaha untuk mengembangkan diri. Pengembangan diri ini dilakukan dengan pembukaan program studi baru, pembukaan jurusan dan fakultas baru, serta membuka kesempatan seluas-luasya bagi berkembangnya berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan.
Organisasi dalam fase ini, katanya, siap bersaing dengan institusi pendidikan umum lainnya dengan menerapkan prinsip transparansi keuangan, akuntabilitas, dan pengembangan prinsip otonomi kampus. “Hal ini membuahkan hasil dengan berkembangnya interprenership di lingkungan kampus dan institusi mulai mendapat berbagai pengakuan internasional,” kata Mustadin saat mempertahankan desertasi Dialog Identitas: Upaya Menemukan Identitas Organisasi dan Identitas Karyawan Dalam Proses Restrukturisasi Organisasi (Studi Perubahan IAIN Menjadi UIN).
Meski masih perlu mengembangkan metode penelitian alternatif, Mustadin berharap model perencanaan dan perubahan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Sultan Alauddin Makassar dalam penelitian bisa dijadikan positive model dalam melakukan transformasi institusi pada berbagai perguruan tinggi khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia. Disamping itu, penelitiannya diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis. (Humas UGM/ Agung)