Dalam dunia kerja, tidak jarang perusahaan menerapkan tugas ganda kepada karyawannya. Hal tersebut dilakukan agar penggunaan sumber daya manusia menjadi lebih efektif dan efisien.
Survei Career Builder dan Robert Half Internasional (2009) menunjukkan bahwa perusahaan menginginkan calon pekerja yang memiliki keahlian multitasking (36%), inisiatif (31%), dan kreatif (21%). Hasil survei tersebut memperlihatkan bahwa banyak perusahaan yang membutuhkan karyawan yang mampu melakukan tugas ganda.
Ni Made Swasti Wulanyani, staf pengajar Fakultas kedokteran Universitas Udayana menyebutkan bahwa mendapatkan tenaga kerja produktif selalu menjadi isu utama dalam bisnis dan psikologi industri. Seleksi melalui sejumlah tahapan dilakukan untuk mencari orang yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
“Jika kemampuan dalam mengerjakan tugas berganda; baik yang sifatnya sirkular dan menuntut performa beberapa jenis tugas, adanya perpindahan perhatian dari satu tugas ke tugas lainnya, serta dalam batasan waktu bisa terprediksi; maka perusahaan dapat menghemat biaya dengan melakukan seleksi atau analisis potensi yang tepat,” paparnya saat mempertahankan disertasi berjudul “Pengaruh Faktor Kecerdasan, Kepribadian dan Kapasitas Kerja Terhadap Performansi Dalam Tugas Berganda” dalam ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM, Rabu (291).
Wulanyani mengatakan pada praktiknya, hampir seluruh proses rekrutmen, promosi, dan konseling pekerja mengukur kemampuan kognitif dan nonkognitif melalui tes psikologi. Alat tes psikologi yang banyak digunakan antara lain IST untuk mengukur intelegensi, kuesioner 16 faktor kepribadian untuk mengungkap kepribadian, dan Kraeppelin untuk mengungkap kapasitas kerja.
Meskipun banyak digunakan perusahaan dalam seleksi, namun IST, 16 PF, dan Kraeppelin belum difungsikan untuk memprediksi performansi tugas berganda. Ketiganya masih dipakai untuk mengukur jenis potensi sesuai dengan tujuan dasar masing-masing alat ukur. Karenanya ia melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana alat-alat tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan tugas berganda.
Penelitian dilakukan pada 324 mahasiswa program S1 Universitas Udayana yang telah memasuki smester 6 pada tahun 2012 yang diberikan simulasi tugas berganda dalam bidang manajemen secara komputerisasi, kecerdasan, kepribadian, dan kapsitas kerja subjek diukur dengan tes IST 2000, kuesioner 16 PF edisi ke-5, dan tes Kraeppelin.
Hasilnya menunjukkan bahwa simulasi tugas berganda mampu menciptakan situasi tugas berganda sebesar 83,8 persen. Sementara itu, hasil analisis regresi memperlihatkan kecerdasan umum, ciri sifat kepribadian Liveliness merupakan faktor yang turut berperan dalam perormansi tugas berganda.
“Soal-soal pada subtes analogi, deret angka, deret bentuk, memori verbal dari alat ukur IST, 16 PF, Kraeppelin dapat dipakai psikolog untuk memprediksi kemampuan tugas berganda pekerja. Metode simulasi juga bisa digunakan perusahaan untuk mengukur perormansi tugas berganda karyawannya,” paparnya. (Humas UGM/Ika)