YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Selandia Baru melakukan kerjasama riset dalam pengembangan sumber daya ekonomi lokal pulau-pulau terpencil di daerah Indonesia bagian timur. Proyek kerjasama yang dilakukan selama lima tahun ini diprioritaskan pada pengembangan energi terbarukan, manajamen risiko bencana, pengembangan ekonomi kreatif, dan resolusi konflik.
Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc., mengatakan alasan dipilihnya daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil di bagian Indonesia timur dalam rangka menjalankan mandat UGM sebagai universitas nasional. Salah satunya adalah menditribusikan ilmu pengetahuan dalam mendukung pembangunan masyarakat yang berada di daerah posisi terluar, terdepan dan tertinggal (3T). “Kita akan fokuskan pada pengembangan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat setempat sehingga bisa menurunkan angka kemiskinan,” kata Pratikno kepada wartawan, Rabu (29/1), di ruang multimedia kantor pusat UGM.
Sementara ini, kata Pratikno, dari 22 proposal riset yang diusulkan para tim peneliti di lingkungan UGM, sudah dipilih 4 proposal riset. Total alokasi dana untuk 4 riset tersebut sebesar Rp 11 Milyar. Tema keempat riset tersebut adalah pengembangan ekonomi lokal masyarakat di pulau Morotai, Maluku Utara; eksplorasi dan pengembangan budidaya rumput laut di Nusa Tenggara Timur; pengembangan energi geothermal di Sulawesi Utara; dan pembangunan kemampuan masyarakat dalam manajemen risiko bencana di pulau terpencil.
Riset para peneliti UGM ini menurut Pratikno nantinya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. “Tidak sekadar riset, tukar pengalaman dan pengetahuan dengan tim ahli dari Selandia Baru sangat kita harapkan manfaatnya. Selandia baru misalnya memiliki pengalaman dalam bidang geothermal,” paparnya.
Dubes Selandia Baru, David Taylor, mengatakan kerjasama pembiayaan riset dari pemerintah Selandia Baru dengan UGM ini untuk pertama kali dilakukan pemerintah Selandia Baru dengan Universitas di luar negaranya. “Kerjasama dengan UGM ini kita bangun lewat riset kemitraan, khususnya untuk Indonesia bagian timur,” katanya.
Dubes menambahkan, kerjasama penelitian ini nantinya bisa berdampak langsung bagi masyarakat setempat. Pihaknya akan mendukung proyek tersebut lewat pengiriman tim ahli dari Selandia Baru. “Kita akan membantu juga dengan mengirim ahli untuk mendukung project ini. Bidang geothermal kita punya pengalaman lebih dari 30 tahun,” katanya.
Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni, menuturkan kerjasama UGM dengan Selandia Baru sudah dirintis lewat kunjungan Perdana Menteri Selandia Baru, Helen Clark ke UGM pada 2008 lalu. Program kerjasama yang bernama UGM Community Resilience and Economic Programme (caRED) diharapkan memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah Indonesia Timur. “Meski tidak tidak secara langsung bisa terwujud, potensi pengurangan kemiskinan menjadi salah satu kriteria penilaian setiap proposal riset yang diajukan,” imbuhnya.
Salah satu tim peneliti dari Fakultas Teknik UGM yang mendapatkan dana hibah riset, Ir. Adam Pamudji Rahardjo, M.Sc., Ph.D., mengatakan ia bersama tim berencana akan melaksanakan riset pembangunan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana terutama untuk pulau-pulau terpencil. Masyarakat di pulau Raja Ampat, Ende, Morotai, serta beberapa pulau di Ternate dan Ambon menurut Adam sebagai pulau yang memiliki potensi terkena bencana. “Di pulau-pulau kecil ini terdapat risiko gempa, tsunami, longsor dan banjir bandang. Sedangkan fasilitas infrastruktur seperti komunikasi, transportasi, fasilitas layanan kesehatan masih sangat kurang,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)