Terdapat kesenjangan kekuasaan antara pemasok dan peritel dalam berhubungan bisnis. Nilai koefisien negatif dari pengaruh kesenjangan kekuasaan pada kinerja strategis dalam hubungan bisnis antara pemasok dan peritel merupakan isu penting bagi industri di Indonesia, yaitu ketidakadilan perdagangan. Bahwa konstruksi kesenjangan kekuasaan yang berpengaruh negatif pada kinerja strategis perusahaan menunjukkan adanya eksploitasi kekuatan dan kontrol dari perusahaan besar pada UMKM di Indonesia.
Dalam pandangan Anton Agus Setyawan, S.E., M.Si staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Surakarta, perusahaan besar memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap UMKM untuk kepentingan bisnis mereka. Kontrol dilakukan dengan mengatur standar produk, pelayanan dan penentuan harga serta mekanisme harga.
“Dalam kondisi tereksploitasi ini, UMKM harus bertahan. Mereka tetap bertahan dalam hubungan bisnis yang eksploitatif ini dengan keuntungan kecil,” terangnya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Selasa (4/2) saat ujian doktor dengan mempertahankan disertasi “Pengaruh Power Asymmetry dan Relationship Marketing pada Kinerja Strategis Perusahaan dalam Hubungan Bisnis Antara Pemasok dan Peritel”.
Dikatakan Agus Setyawan, pilihan UMKM untuk tetap bertahan dalam hubungan pertukaran yang eksploitatif ini karena biaya untuk berganti mitra bisnis lebih mahal. Meski begitu, beberapa UMKM peritel juga memiliki posisi tawar yang lebih baik karena dianggap mitra strategis oleh pemasok dari perusahaan besar.
“Peritel ini dianggap strategis karena lokasi bisnis mereka menguntungkan bagi pemasok perusahaan besar. Posisi tawar yang lebih baik ini ditunjukkan dengan kemampuan peritel UMKM untuk melakukan negosiasi dalam mekanisme pembayaran,” katanya. (Humas UGM/Agung)