Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan penelitian maupun penerapannya di berbagai bidang keilmuan, Universitas Gadjah Mada dan University of Tasmania (UTAS) sepakat menjalin kerjasama. Naskah kerjasama di bidang pengembangan profesional, kegiatan penelitian bersama, kegiatan ilmiah bersama, dan pertukaran dosen ditandatangani Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc; dan Vice Chancellor and President of University of Tasmania, Prof. Peter David Rathjen di Gedung Pusat UGM, Jum’at (21/2). Turut hadir dan menyaksikan ialah Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman; Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D; Dekan FTP UGM, Dr.Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng; Vice Chancellor Global Engagement of UTAS, Prof. Peter Frappell; dan President of Indonesia Australia Business Council (IABC) Yogyakarta, George Iwan Marantika.
Prof. Peter David Rathjen mengatakan kerjasama dengan UGM adalah sesuatu yang penting dan utama. Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah Australia yang saat ini memberikan perhatian pada Asia, khususnya ASEAN.
“ASEAN itu yang terdekat dengan kita, tentu menjadi prioritas. Indonesia dan UGM menjadi pilihan sebagai mitra karena telah ada institusi lain mengadakan kerjasama sebelum-sebelumnya,” ujar Peter.
Peter mengungkapkan kerjasama tidak hanya fokus pada bidang pendidikan, namun juga memperkuat kerjasama bidang penelitian budaya dan lingkungan. Selain itu, kerjasama tersebut juga membuka pintu bagi mahasiswa yang akan kuliah di UTAS. “Kita memiliki keunggulan di bidang pertanian, perikanan, kreatif industri dan pariwisata, juga newable energy. Hal itu tentu bisa digali bersama untuk dikerjasamakan”, tambahnya.
Rektor menyambut baik kehadiran rombongan dari University of Tasmania. Kerjasama dengan UTAS diharapkan akan memperkuat jaringan kerjasama yang dilakukan UGM.
Dengan adanya refresh Colombo Plan, kata Rektor, akan banyak mahasiswa Australia yang datang ke Indonesia. Hal itu tentu tidak hanya meningkatkan mobilitas program non-degree namun bisa pula meningkatkan program double degree, khususnya di tingkat magister. “Jadi mereka bisa melakukan program double degree disini, seperti yang dilakukan dengan Melbourne University dan Flinders University untuk program undergraduate“, katanya. (Humas UGM/ Agung)