YOGYAKARTA – Universitas Leiden Belanda tertarik untuk memasukkan program Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) sebagai salah komponen dalam kurikulum pendidikan di Universitas Leiden. Hal itu disampaikan langsung Rektor Universitas Leiden Prof. Carel Stolker setelah bertemu dengan Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.,Sc., dalam kunjungannya ke UGM, Kamis (27/2). “Universitas Leiden tertarik untuk memasukkan KKN-PPM sebagai salah satu komponen dalam mata kuliah di pengajaran di sana,” kata Pratikno.
Seperti diketahui, program KKN PPM merupakan mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa UGM. Selama dua bulan, mahasiswa mengabdikan diri di tengah masyarakat dengan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkannya dari kampus. Lebih dari itu, mahasiswa diharapkan mampu mengasah rasa kemanusiaan, kepekaan sosial, dan menggali pengetahuan dari masyarakat lokal.
Menanggapi kerjasama dengan Leiden, Pratikno menegaskan, UGM dan Leiden tengah akan merintis pendidikan program joint double degree untuk studi ilmu humaniora, kedokteran, dan kehutanan. “Yang sudah berjalan selama ini berupa joint research dan joint supervision. Kedepan yang akan dikembangkan ke arah mobilitas mahasiswa kedua negara,” katanya.
Namun begitu, kata Pratikno, kerjasama UGM dengan Leiden tersebut diharapkan UGM bisa mewarnai pendidikan Leiden, khususnya untuk studi tentang Indonesia. Menurut Pratikno, Universitas Leiden sangat kuat dalam bidang studi Indonesia yang didukung keberadaaan perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal Land-en Volkenkunde (KTLV). Salah satu koleksinya adalah buku flora-fauna Indonesia yang ditulis pada abad 19. “Studi Indonesia di Leiden menjadi tempat belajar mahasiswa dari berbagai belahan dunia, kita ingin UGM mewarnai pendidikan di sana dengan memasukkan perspektif UGM dalam pembelajaran di Belanda,” kata Pratikno.
Dengan demikian, tambah Pratikno, jika hal itu terealisasi maka pendidikan tentang studi Indonesia di Leiden bukan lagi berdasarkan perspektif pandangan orang Belanda tentang Indonesia, melainkan sebaliknya ada pandangan orang Indonesia tentang Indonesia.
Kunjungan delegasi Universitas Leiden kali ini membawa rombongan terdiri dari Dekan Fakultas Humaniora, Prof. Wim van den Doel; Pakar studi Indonesia Kontemporer, Prof David Henley; Antropolog Prof Gerard Persson dan Dr. Bart Berendregt; penasihat senior urusan internasional, Dr. Eric Beerkens; PA of Rector, Ans Kluit; Kepala Hubungan Internasional, Lilian Visscher; serta perwakilan dari Fakultas Hukum Leiden, Marrik Bellen. (Humas UGM/Gusti Grehenson)