YOGYAKARTA – Institute of International Studies (IIS) FISIPOL UGM, PT. Gamatechno, bersama dengan Osaka University Jepang meluncurkan aplikasi sistem komunikasi tanggap bencana. Aplikasi ini berbasis mobile apps di smartphone dan bisa diunduh melalui Google Playstore. Aplikasi yang bernama Cared Wide-view Disaster Information Prediction System (W-DIPS) ini memungkinkan masyarakat meng-input data kejadian bencana yang ada di sekitarnya. Cara kerja aplikasi ini berupa pertanyaan-pertanyaan kepada user untuk di-input ke server. Melalui data yang dikirim user tersebut, publik dapat mengetahui lokasi, kebutuhan logistik, dan tingkat kerusakan yang ada.
Prof. Stefano Tsukamoto, Peneliti dari Osaka University mengatakan, aplikasi ini memungkinkan masyarakat di daerah bencana mengirimkan data kondisi bencana di daerahnya. “Data-data tersebut akan diolah dan menampilkan kondisi bencana melalui sistem peta,” kata Tsukamoto dalam peluncuran pada Selasa (4/3) di Ruang BA 202 FISIPOL UGM. Hadir dalam peluncuran tersebut Managing Director IIS Fisipol UGM, Dr. Maharani Hapsari, MA; Manajer Research and Development PT Gamatechno, Novan Hartadi; serta Ketua PMI DIY, Herry Zudianto.
Tsukamoto optimis data yang dihasilkan aplikasi ini akan membantu otoritas terkait dalam mengeluarkan kebijakan dalam hal penanggulangan bencana. “Aplikasi dapat dipakai untuk berbagai bencana seperti erupsi, tsunami, gempa bumi, banjir, bahkan flu burung,” ujarnya.
Selain memiliki menu input data kejadian bencana, aplikasi ini juga dilengkapi dengan panduan keselamatan jika terjadi bencana. Menariknya, panduan keselamatan ini bisa diakses dalam sembilan bahasa yang berbeda, termasuk bahasa Jawa. Tsukatomo menegaskan bahwa aplikasi ini baru pertama kali ada di dunia, bahkan di negeri asalnya saja belum punya. “Sleman dan Bantul menjadi lokus pengembangan yang pertama,” ujarnya.
Maharani menceritakan perihal kerjasama pengembangan aplikasi tanggap bencana ini berawal dari ide dan gagasan Tsukamoto terkait pengalamannya selama bekerja di berbagai negara dalam penanganan bencana. Untuk pengembangan aplikasi, pihaknya menggandeng PT Gamatechno.
Kendati begitu, imbuhnya, aplikasi ini merupakan inisiasi awal dan masih membutuhkan masukan dan perbaikan untuk pengembangan selanjutnya. Salah satunya, masukan tanggapan dari Herry Zudianto. Menurut Herry, data yang masuk di aplikasi ini nantinya akan sulit untuk diverifikasi kebenarannya. “Masyarakat kita masih berada pada transisi teknologi, sehingga tanggung jawab informasi belum ada, apalagi user adalah individu,” ujarnya.
Ia juga menegaskan jangan sampai data yang masuk salah. Herry mengusulkan verifikasi user dilakukan perlembaga. “Mungkin bisa penggunanya adalah orang-orang yang memiliki otoritas terhadap memberikan informasi di lingkup RT atau RW,” ujarnya.
Maharani mengungkapkan target pengguna aplikasi ini adalah 10% dari populasi yang diharapkan. “Untuk di awal, kita akan sosialisasi di sivitas UGM dan sekolah-sekolah. Tantangan kita saat ini adalah persoalan verifikasi data yang masuk,” pungkasnya. (Humas UGM/Faisol)