Pemerintah Timor Leste melalui Instituto Nacional da Administracao Publica-Comissao da Funcao Publica (INAP-CFP) atau Komisi Pegawai Negeri sepakat menjalin kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Naskah kesepakatan bersama ditandatangani Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc dan President of Civil Service Commission, RDTL, Eng. Liborio Pereira, MIM, di ruang Rektor, Kamis (13/3).
Bagi Pemerintah Timor Leste, kerjasama ini akan membuka kesempatan 27 ribu pegawai negerinya dalam meningkatkan profesionalisme kerja. Kerjasama inipun diharapkan mampu meningkatkan intelektual dan profesional masing-masing lembaga dengan melihat keberhasilan dan tantangan-tantangan yang dihadapi.
“Kita mengakui pengembangan SDM menjadi faktor penting agar mampu memberi pelayanan yang berkualitas dan dapat diandalkan untuk masyarakat,” kata Liborio Pereira.
Liborio menambahkan Pemerintah Timor Leste memiliki komitmen tinggi dalam menumbuhkan SDM yang profesional dan berdedikasi, agar siap dalam memberikan pelayanan berkualitas dan menyeluruh pada masyarakat. Sebagai aset, kemampuan para pegawai negeri harus bisa dikembangkan pada lingkungan yang sesuai.
“Mereka juga harus mendapat training, karena manajemen pelayanan publik di era modern senantiasa disertai manajemen SDM yang efisien,” katanya.
Baik UGM maupun INAP-CFP, dalam kerjasama ini sepakat mengembangkan, mempromosikan, dan memperkuat kerjasama peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Selain melakukan pertukaran dosen dan mahasiswa, UGM akan membuka kesempatan bagi pegawai negeri Timor Leste melanjutkan studi tingkat sarjana, master, profesi hingga program doktor.
Sementara itu, Rektor menyambut baik kerjasama dengan INAP-CFP. Pilihan INAP-CFP melakukan kerjasama merupakan pilihan yang tepat, sebab UGM merupakan universitas paling komplit di Indonesia.
“Kita memiliki 18 fakultas, sekolah pascasarjana, sekolah vokasi dan memiliki lebih dari 25 pusat studi. Pilihan untuk studi di UGM dan di Jogja nantinya merupakan pilihan tepat, karena biaya hidup lebih murah dibanding di Jakarta atau di Bandung,” ungkap Pratikno. (Humas UGM/ Agung)