YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sepakat melakukan riset bersama dalam bidang pangan, agroindustri, transportasi, dan kesehatan. Kerjasama tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemajuan pendayagunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi untuk pembangunan nasional.
Kerjasama riset tersebut meliputi pembibitan tanaman pertanian, perkebunan, dan industri melalui teknik kultur jaringan; penyamakan kulit ramah lingkungan menggunakan enzim; aplikasi bioagents untuk pertanian berkelanjutan; budidaya ikan laut dan ikan tambak; sintesa phytogelatin dari rumput laut dan pengembangan pangan fungsional.
Selanjutnya, di bidang kesehatan, riset tersebut berupa pengembangan obat herbal untuk uji antikanker dan hipatoprotektor ekstrak tanaman obat, pemodelan senyawa aktif secara in silico, formulasi vaksin menggunakan chitosan, dan pengembangan sel primer dari jaringan manusia.
Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.,Sc mengatakan percepatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi perlu dilakukan para peneliti di Indonesia mengingat globalisasi dan keterbukaan pasar tidak akan bisa dihindari. “Menutup diri, sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan. Kita harus sadar, untuk memenangkan kompetisi global, tentu saja iptek dan inovasi harus didorong,” kata Pratikno kepada wartawan usai penandatanganan Nota Kesepahaman Kerjasama dengan BPPT di Ruang Sidang Majelis Wali Amanat (MWA), Kantor UGM, Kamis (13/3).
Dari sisi anggaran, kata Rektor, untuk bidang riset dan pengembangan teknoogi masih sangat minim bahkan masih kalah jauh dibanding dari negara-negara tetangga. Salah satu strategi yang dilakukan perguruan tinggi seperti UGM adalah dengan menjalin kemitraan dengan industri dan Badan Usaha Milik Negara. “Sudah ada 12 produk kesehatan yang sudah diadopsi oleh BUMN. Selanjutnya nanti di bidang produk pangan,” ujarnya.
Namun yang tidak kalah penting, menyampaikan produk pengetahuan untuk bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat, UGM justru mengandalkan peran para lulusan UGM yang mencapai sekitar 11 ribuan setiap tahunnya. “Ada sekitar 11 ribu hasil penelitian mahasiswa, ini sumber daya yang sangat luar bisa. Penelitian ini bukan hanya untuk produksi pengetahuan, tapi menghantarkan ilmu pengetahuan untuk bangsa dan kemanusiaan,” tukasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan Iskandar. Ia mengungkapkan Ilmu Pengetahuan, Teknolgi dan Inovasi (IPTEKIN) tidaklah cukup sekadar dapat maju, tetapi juga harus mampu berkontribusi nyata dalam pembangunan bahkan menjadi arus utama pembangunan. UGM dan BPPT, kata Marzan, tidak hanya menghasilkan kemajuan di bidang IPTEKIN tapi juga memperkuat kemitraan dengan industri, masyarakat dan penentu kebijakan.
Lebih jauh, ia mengungkapkan BPPT dan UGM berpeluang mengimplementasikan penguatan sistem inovasi daerah, pengembangan klaster industri, pengembangan jaringan inovasi dan pengembangan teknoprener dan audit teknologi. “Untuk bidang energi, kami menawarkan pada UGM untuk pengembangan Baron Technopark yang ada di Gunungkidul sebagai titik masuk kemitraan dan BPDP (Balai Pengkajian Dinamika Pantai) sebagai mitra untuk pengembagan kawasan pantai dan pelabuhan di Indonesia,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)