YOGYAKARTA – Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UGM berhasil menjadi juara Siriaj International Michrobiology, Parasitology, and Immunology Competition (SIMPIC) 2014 yang berlangsung di Bangkok, Thailand pada 11-14 Maret lalu. Tim FK UGM yang diwakili oleh Nurkholis Bramantyo, Eric, Stevanie dan Lilie Fransiska ini berhasil menyisikan 33 delegasi FK dari Thailand, Vietnam, Taiwan, Jepang, Australia, Bangladesh dan China. “Ini untuk pertama kalinya tim dari FK UGM memenangkan kompetisi tahunan ini,” kata Stevanie kepada wartawan di ruang senat FK UGM, Senin (18/3).
Dalam perlombaan yang menguji kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi di bidang mikrobiologi, parasitologi, dan imunologi ini, di babak final tim dari FK UGM berhasil mengalahkan dua tim sekaligus dari Thailand, Chiang Mai University dan Khon Kaen University. Stevanie mengaku kompetisi yang berlangsung selama empat hari ini dilakukan melalui tiga tahap proses seleksi, yakni babak penyisihan, semifinal dan final. Di babak penyisihan mereka diuji tentang materi di tiga bidang ilmu yang sudah mereka dapatkan di bangku kuliah prodi pendidikan dokter. “Untunglah kita mempelajari setiap persoalan mendasar dari setiap penyakit,” kata mahasiswi asal Medan angkatan 2011 ini.
Namun di babak final, kata Eric materi yang diuji justru lebih banyak pada kasus penyakit imunologi. Mereka secara bergantian diharuskan menerangkan secara detail faktor penyebabnya, risiko, hingga tindakan medis yang harus diambil. “Kita bisa menjawab semua pertanyaan dan mendapat nilai 10, sedangkan dua tim lainnya mendapat nilai dibawah 5. FK UGM pun dinyatakan menang,” kata Eric sumringah.
dr. Tri Wibawa, PhD., selaku mentor dari keempat mahasiswa ini menuturkan persiapan pemberian pelatihan dilakukan sejak akhir tahun lalu. Selanjutnya, latihan makin diintensifkan satu minggu menjelang keberangkatan. Menurut Tri, keberhasilan mahasiswa FK UGM dalam kompetisi internasional ini menandakan proses pembelajaran di FK UGM tidak kalah saing dengan perguruan tinggi dari luar.
Model pembelajaran student center learning dan problem based learning yang diterapkan oleh FK UGM memungkinkan mahasiswa belajar lebih cepat terkait persoalan klinik dan medik di bidang penyakit tropis. “Di tahun ketiga, mereka sudah menguasainya dengan baik,” ujarnya.
Kompetisi SIMPIC kali ini diikuti 8 tim FK dari 8 perguruan tinggi di Indonesia seperti UNDIP, UNAIR, UB, UNAND dan UNPAD. Sisanya diikuti oleh peserta dari perguruan tinggi ternama dari luar seperti Osaka Medical College, Jepang, Tzu Chi University, Taiwan, dan University of Queensland, Australia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)