Karies gigi merupakan penyakit mayor yang melanda sebagian besar penduduk dunia. Menurut Bank Data Kesehatan Global (GODB), prevalensi karies gigi di negara-negara berkembang dan negara sangat maju justru memperlihatkan peningkatan prevalensi karies gigi. Bahkan prevalensi karies gigi di negara sangat maju berubah dari moderat ke tingkat tinggi.
Dalam rangka pencegahan kenaikan prevalensi karies gigi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuat strategi antara lain menurunkan tingkat prevalensi secara berkesinambungan di negara industri. Selain itu, WHO terus berupaya menghentikan atau membalikkan kecenderungan laju peningkatan prevalensi karies gigi di negara-negara berkembang.
“Di bidang Kedokteran Gigi, pencegahan karies gigi mendasarkan pada konsep-konsep etiologi. Secara teoritis terdapat keniscayaan memodifikasi faktor-faktor etiologi atau meningkatkan faktor-faktor yang memperkuat ketahanan gigi terhadap larutan asam. WHO dengan resolusi dalam World Health Assembly (WHA) No 31.50 Tahun 1979 telah menganjurkan penggunaan suplemen fluor dan aplikasi topikal fluor untuk daerah-daerah dengan kandungan fluor air minum yang kurang optimum”, kata Prof. Dr. Widjijono, drg.,S.U di Balai Senat, Rabu (26/3) saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
Widjijono mengungkapkan pemberian secara masal pada kelompok masyarakat dengan menggunakan pasta berfluorida memperlihatkan tingkat efektivitas tinggi dalam pencegahan karies gigi. Hasil laporan penelitian pada anak-anak umur 6 – 10 tahun di Kalimantan Barat dengan menggunakan pasta gigi berfluorida memperlihatkan anak-anak yang mendapatkan perlakukan penyikatan gigi berfluorida (1000 mg/kg) selama 1 menit kemudian berkumur dan berlangsung selama 3 tahun mengalami penurunan karies gigi sebesar 23 persen.
“Kesimpulannya penggunaan pasta gigi berfluorida efektif untuk pengendalian karies gigi. Bahkan pemberian fluor secara individual maupun profesional memperlihatkan efektivitasnya dalam penurunan terhadap karies gigi,” papar Ketua Minat Biomaterial Program Studi S2 IKG UGM.
Mengucap pidato “Smart-Flour Dalam Pencegahan Karies dan Pengembangannya”, Widjijono lebih lanjut mengatakan upaya pendekatan pencegahan karies gigi menggunakan bahan kemoterapi khususnya senyawa fluor sesungguhnya sudah dilakukan sejak awal abad 19. Sayang, keberhasilan upaya tersebut hingga kini belum terealisasi dengan sempurna.
“Secara garis besar, terdapat dua cara menuju efektivitas penggunaan senyawa fluorida, yaitu dengan memodifikasi struktur kimiawi dan penggunaan bahan pembawa zat aktif,” kata Widjijono. (Humas UGM/ Agung)