Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa belajar berdasar regulasi diri berperan terhadap peningkatan prestasi akademik, seperti prestasi belajar matematika, kemampuan menulis cerita, kemampuan berbahasa Inggris, medis dan teknologi informasi. Bahkan strategi belajar berdasar regulasi diri sangat efisien dipergunakan bagi seseorang yang mengalami kesulitan dalam belajar sekalipun.
Meski begitu, dalam kenyataan masih banyak ditemui mahasiswa yang memiliki belajar berdasar regulasi diri rendah. Masih ditemui perilaku-perilaku mahasiswa, seperti mencontek, plagiarisme, dan vandalisme yang merupakan indikasi dari motivasi belajar rendah.
Eva Latipah, S.Ag., M.Si, dosen Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dalam penelitiannya mengungkap tingkat belajar berdasar regulasi diri mahasiswa relatif rendah ditemui pada program studi PGMI. Motivasi belajar yang rendah diperlihatkan mahasiswa dengan tidak memiliki keinginan untuk menggunakan strategi-strategi belajar kognitif tertentu yang dapat memperlancar belajarnya, seperti menggunakan peta konsep (mind map), membuat singkatan-singkatan dari materi yang akan diingat, atau bahkan melakukan elaborasi sebagai proses untuk memperdalam pemahaman materi.
Berdasar wawancara terhadap mahasiswa (perwakilan) diperoleh bahwa hal-hal yang dapat membuat mahasiswa termotivasi, diantaranya terkait cara dosen dalam menyampaikan materi. Cara dosen mengajar, ini terkait erat dengan strategi pembelajaran, bahwa strategi pembelajaran yang dipergunakan untuk mahasiswa perlu mempertimbangkan kondisi psikologis mahasiswa sebagai orang dewasa.
“Selain itu perlu mempertimbangkan pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa. Pengalaman mahasiswa sangat berperan terhadap proses konstruksi pengetahuan mahasiswa,” ujar Eva, di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM, Senin (15/4) saat menjalani ujian terbuka program doktor.
Dengan beberapa pertimbangan tersebut, kata Eva, maka strategi yang dipandang sesuai dengan strategi eksperiensial adalah strategi yang menekankan pentingnya pengalaman mahasiswa melalui sebuah siklus yang terdiri dari empat tahapan. Adapun keempat tahapan tersebut yaitu tahapan mengalami, mengamati dan merefleksikan, konstruksi abstrak atau generalisasi, dan implementasi.
“Strategi pembelajaran eksperiensial berpusat pada mahasiswa (student centered learning) dan berorientasi pada aktivitas. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal belajar berdasar regulasi diri,” katanya.
Mempertahankan disertasi “Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksperiensial Terhadap Belajar Berdasar Regulasi Diri Mahasiswa”, Eva menyatakan pembelajaran eksperiensial memiliki tiga aspek penting, yaitu pengetahuan (konsep, fakta, informasi), aktivitas (penerapan dalam kegiatan) dan refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu). Ketiganya memiliki kontribusi penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran. (Humas UGM/ Agung)