YOGYAKARTA – Peneliti dari Universitas Gadjah Mada akan melakukan riset pemetaan penelitian pemanfaatan lahan gambut untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan bisa menghasilkan rekomendasi seberapa besar luas lahan gambut yang bisa dimanfaatkan agar tidak menimbulkan dampak kebakaran dan lahan kritis. “Kita akan melakukan pemetaan topografi pada ketebalan tanah gambut untuk kepentingan pemanfaatan secara berkelanjutan,” kata Dosen Jurusan Geodesi dan Geomatika, Trias Aditya Kurniawan, M.ST., M.Sc., Ph.D., ditemui usai penandatanganan kerjasama survei pemetaan lahan gambut antara UGM dengan PT. Asi Pudjiastuti Geosurvey di Kantor Pusat UGM, Rabu (30/4).
Menurut Trias, riset pemetaan yang menggandeng Asi Pudjiastuti Geosurvey ini akan melakukan pemetaan topografi lahan gambut, pemetaan drainase, lalu dikombinasikan dengan data lapangan yang dikumpulkan oleh tim ahli di bidang ilmu pertanian, kehutanan dan ekonomi. “Diharapkan UGM bisa menyediakan peta dasar terkait topografi pada lahan gambut sebagai data dasar yang bermanfaat mengenai risiko pemanfaatan lahan gambut,” katanya.
Disamping itu, tim dari UGM juga akan meneliti sejauh mana ketebalan tanah lahan gambut yang boleh digunakan terutama untuk kepetingan perkebunan dan tanaman hutan. “Hasil pemetaan ini nantinya bisa diterapkan di daerah lain yang memiliki lahan gambut,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., mengatakan penelitian pemetaan batas pemanfaatan lahan gambut ini diharapkan bisa dijadikan rujukan model peta pemanfaatan lahan gambut yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. “Kita bisa tahu seberapa besar lahan gambut yang bisa dimanfaatkan tapi sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Sementara Susi Pudjiastuti, Dirut PT. Asi Pudjiastuti Geosurvey, menuturkan pengalamannya selama puluhan tahun menggeluti bisnis penerbangan. Dia mengaku yang paling banyak menggunakan pesawat miliknya untuk kepentingan pemetaan justru oleh pihak perusahaan asing. “Datanya dibawa ke luar negeri, pemerintah kita hanya dapat sedikit,” ujar pemilik maskapai Susi Air ini.
Susi pun akhirnya melirik bisnis di bidang pemetaan tidak hanya untuk peruntukan bisnis semata namun juga menggapai obsesinya untuk berkontribusi dalam pemetaan sumber daya alam di Indonesia bagi pembangunan di masa depan. “Indonesia punya semuanya, kita harus mempersiapkan diri go global dan terbuka, jika tidak kita manfaatkan pengetahuan yang kita miliki, kita tidak akan jadi tuan rumah di negeri sendiri,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)