Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan sepakat menjalin kerjasama Bidang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Kerjasama di Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ditandatangani Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset, Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip.HE dan Bupati Kabupaten Gowa, H. Ichsan Yasin Limpo, S.H., M.H di ruang Majelis Guru Besar UGM, Jum’at (16/5).
Dengan kerjasama ini, Ichsan Yasin Limpo berharap UGM dapat membantu Pemerintah Kabupaten Gowa dalam berinvestasi di bidang sumber daya manusia. Selain itu, diharapkan pula dalam kerjasama ini bisa mem-back-up pembangunan masyarakat daerah Gowa perspektif 25-50 tahun kedepan.
“Terima kasih untuk penerimaan ini, UGM merupakan tempat mengawal mencetak sumber daya manusia, dan dengan niat yang baik dan tulus, semua ini untuk Indonesia ke depan,” kata Bupati.
Dengan memiliki luas 1883 kilometer, 18 kecamatan, dan 679 ribu penduduk, Kabupaten Gowa telah melakukan kerjasama dengan 18 universitas. Kabupaten Gowa merupakan satu-satunya daerah yang telah menjalankan sistem pendidikan sesuai dengan amanah konstitusi UUD 1945 pasal 31 dan UU Sisdiknas. Dengan demikian, Kabupaten Gowa sejak tiga tahun lalu (2012) menjadi kabupaten yang pertama kali menerapkan model pendidikan automatic promotion atau pendidikan tidak mengenal tinggal kelas.
“Kita menerapkan itu, karena ada kegelisahan, kerjasama dengan UGM nantinya diharapkan dapat implementasikan di Gowa seperti kerjasama-kerjasama sebelumnya,” tambah Bupati.
Dengan kerjasama yang telah ditandatangani, Ichsan Yasin Limpo menambahkan, Pemerintah Kabupten Gowa akan mengirim siswa-siswi terbaiknya untuk belajar di UGM. Pemerintah Kabupaten Gowa telah menyiapkan dana melalui APBD untuk kebutuhan itu.
“Untuk Fakultas Kedokteran misalnya, Pemerintah Gowa menyediakan biaya dari pendidikan hingga profesi dokter, bahkan spesialis, termasuk living costnya. Kami pun akan mengirim SDM untuk belajar di Prodi Kesehatan Masyarakat program S2 dan yang pasti Pemerintah Kabupaten Gowa benar-benar siap bekerjasama dengan UGM,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset, Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip.HE menyatakan sebagai universitas nasional, UGM turut membangun bangsa dan negara dari Sabang sampai Merauke. UGM bertekad membangun anak-anak bangsa agar mendapat sekolah dan ilmu pengetahuan yang lebih baik untuk negara ini.
“Namun tidak seperti yang diinginkan, kenaikan APK diminta untuk menambah mahasiswa, namun disisi lain UGM memiliki keterbatasan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain,” ujar Budi WS.
Hal tersebut, kata Budi, menjadikan keinginan merangkul anak bangsa masuk ke UGM terbatas. Data tahun 2013, mahasiswa yang diterima di UGM dan membayar penuh hanya 53 persen, sisanya sebanyak 47 persen mendapat subsidi. Sebanyak 20 persen dari 47 persen bisa dibilang kuliah gratis melalui Bidik Misi, PBUTM, dan lain-lain.
“Ini yang masuk ke UGM tidak seperti yang di UI dan ITB, yang masuk ke UGM banyak anak-anak petani, buruh dan lain-lain. Mungkin karena suasana yang membuat mereka senang tinggal di Jogja. Biaya lebih murah dibanding Jakarta atau Bandung, dan inilah yang membuat beban kita lebih berat, karena UGM tidak melihat kemampuan finansial saat masuk, namun berdasarkan kemampuan akademiknya,” ungkap Budi WS. (Humas UGM/Agung)