Anak tukang kredit alias mindring asal Imogiri Bantul berhasil lulus Ahli Madya Rekam Medis dengan predikat Cum Laude pada wisuda program Sarjana dan Diploma hari ini di UGM, Selasa (20/5). Dia adalah Danik Lestari, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Kartono dan Sulasmi yang lulus dengan IPK 3,89.
Perempuan mungil yang selalu mengenakan jilbab ini mengaku senang dan bangga bisa lulus cum laude. Dia berharap capaian prestasi akademik yang diraihnya itu bisa membanggakan kedua orang tuanya yang selama ini sudah bersusah payah membanting tulang menyekolahkan dirinya hingga bisa menyandang gelar Ahli Madya dari Sekolah Vokasi UGM.
Danik, demikian ia akrab disapa, mengisahkan ayahnya bekerja sebagai peternak yang memelihara dua ekor sapi di rumahnya. Pekerjaan itu dilakoni sejak tidak lagi bekerja di pabrik 10 tahun silam. Sedangkan sang ibu, Sulasmi, bekerja sebagai tukang kredit atau sering dikenal sebagai tukang ‘mindring’. Ibunya menjual barang kebutuhan rumah tangga dengan cara pembayaran mengangsur.
Dari penghasilan dari tukang mindring ini, kata Danik, bisa mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Meski tidak seberapa, Danik merasa bangga karena bisa membantu ibunya setiap akhir pekan menagih piutang ke pelanggannya. Biasanya, tiap hari minggu, Danik menyempatkan waktu mengantarkan ibu ke daerah Pundong dan Kretek, Bantul. “Ibu nggak bisa bawa motor, jadi saya antar ke tempat pelanggannya. Setelah keliling, sehabis magrib, saya jemput lagi,” kisahnya.
Sebagai tukang mindring, kata Danik, ibunya bisa mengantongi penghasilan Rp 700 ribu – Rp 800 ribu per bulan. Namun begitu, semangat kedua orangtuanya untuk membiayai sekolah kedua anak mereka tidak pernah kendur. Beruntung, sejak di bangku sekolah dasar hingga kuliah, Danik sering mendapatkan bantuan beasiswa. Di Sekolah Vokasi UGM, Danik mendapatkan beasiswa sehingga tidak membayar uang kuliah alias gratis. Kendati gratis, Danik tetap serius dan tekun menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu. “Kalo belajar, saya usahakan bisa serius, tekun dan disiplin,” ujarnya.
Selama kuliah kurang lebih 2 tahun 7 bulan, setiap hari berangkat dari rumah sejak matahari mulai terbit menuju kampus yang berjarak lebih dari 20 kilometer. Dia biasa tiba di rumah kembali pada sore harinya. Di kampus, sehabis mengikuti kuliah di kelas, Danik harus mengikuti praktikum. Tidak hanya itu, pada masa liburan semester, Danik tidak memanfaatkan waktunya untuk berlibur melainkan mengikuti kerja praktek di rumah sakit dan puskesmas. “Keuntungannya dengan banyak pengalaman kerja di lapangan, tidak hanya akademik yang kita dapatkan tapi juga keterampilan,” papar Danik.
Pilihan menjadi tenaga rekam medis, menurut Danik karena profesi ini makin dibutuhkan dunia kerja sementara jumlah lulusannya masih sangat sedikit. Di tengah tuntutan pelayanan kesehatan yang semakin profesional dan berkualitas, kata Danik, sudah barang tentu membutuhkan tenaga rekam medis yang semakin terampil pula. (Humas UGM/Gusti Grehenson)