Manajemen terkadang mengambil keputusan yang tidak rasional (irasional) dalam mengelola organisasi atau perusahaan. Ketidakrasionalan keputusan mereka dapat dilihat ketika manajemen tersebut diberikan informasi yang nilainya sama tetapi disampaikan dengan cara yang berbeda dapat membuat keputusan yang mereka buat berbeda.
“Seringkali manajemen dihadapkan pada pilihan misalnya untuk membuka kantor cabang baru atau memproduksi sendiri barang yang dijual. Hal ini sering disebut dengan efek pembingkaian,”papar Muhamad Safiq pada ujian terbuka program doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Jumat (6/6) di FEB UGM. Safiq pada kesempatan itu mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pembingkaian Kontrak Insentif, Tingkat Ligitasi dan Tingkat Beban Pajak: Bukti Kausalitas Pada Ranah Konservatisme Akuntansi”.
Safiq mencontohkan ketika manajemen dihadapkan dengan sebuah pilihan yang memberikan pendapatan atau hasil kecil tetapi pasti dengan hasil besar tetapi belum pasti, manajemen cenderung memilih hasil yang pasti. Manajemen cenderung risk-averse bila dikaitkan dengan hasil yang akan diperoleh. Namun, ketika pilihan atau keputusan tersebut dikaitkan dengan biaya, maka manajemen cenderung untuk memilih pengeluaran atau biaya besar yang belum pasti.
“Ketiga efek tersebut terbukti dari penelitian ini. Selain itu penelitian juga mendokumentasikan pengaruh pembingkaian kontrak insentif terhadap kebijakan akuntansi CFO (manajer perusahaan) ketika menyajikan laporan keuangan,” papar dosen di STIE Indonesia Jakarta itu.
Dari penelitian ini juga terungkap bahwa CFO cenderung membuat kebijakan akuntansi yang konservatif ketika informasi insentif manajemen dibingkai positif daripada yang dibingkai negatif. CFO yang informasi insentifnya dibingkai positif merasa aman sehingga mereka cenderung risk-averse dalam mengambil keputusan dengan membuat kebijakan akuntansi yang konservatif ketika menyajikan laporan keuangan.
Akuntansi konservatif, kata Safiq, yaitu melaporkan dengan segera biaya atau indikasi akan munculnya biaya dalam laporan keuangan dan menunda mencatat pendapatan sampai dengan pendapatan tersebut dapat direalisasikan.
“Dengan membuat kebijakan akuntansi yang konservatif, maka CFO dapat menciptakan hidden reserve. Minimal dengan kondisi ini CFO dapat meningkatkan kerja atau mempertahankannya,” terang Safiq.
Dengan kondisi ini, dalam bisnis kepastian merupakan faktor yang sangat penting sehingga manajemen (CFO) memberi bobot yang tinggi meskipun hasilnya lebih kecil. Terungkap pula bahwa beban pajak yang mempengaruhi kebijakan akuntansi konservatif CFO menunjukkan bahwa mengeluarkan aset yang ada di tangan dirasakan lebih menyakitkan (disutilitas) daripada ketika menerima aset (utilitas) tersebut meskipun dalam jumlah yang sama. Syafiq berharap penelitiannya ini bermanfaat untuk penyusunan standar laporan keuangan (DSAK-Bapepam-LK), stakeholder (investor, pemegang saham) serta masyarakat luas yang berkepentingan dengan laporan keuangan. (Humas UGM/Satria)