Setelah dinyatakan memperoleh akreditasi internasional dari The Association To Advance Collegiate Schools of Business (AACSB), Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM terus melakukan sosialisasi ke sejumlah pihak internal maupun eksternal. Seperti yang dilakukan di hari Jum’at (13/6) di kampus setempat, digelar syukuran atas penghargaan Akreditasi AACSB Internasional.
“Di beberapa acara kami selalu menyampaikan diseminasi hasil ini pada publik. Kita masih menunggu sertifikat asli yang dikirim AACSB, dan kita pun berencana bisa melakukan press release capaian ini dengan Wapres di Jakarta,” ujar Dekan, Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc, Ph.D di ruang Kertanegara, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Wihana Kirana Jaya mengatakan proses mendapatkan akreditasi internasional AACSB cukup panjang. Dimulai dari para pengelola MM di tahun 1999, dimana Prof. Dr. Bambang Sudibyo dan Prof. Ainun Na’im melakukan kunjungan ke Perancis, sebelum AACSB akhirnya pindah ke Tampa, Florida, Amerika Serikat.
Kunjungan tersebut merupakan penjajagan FEB UGM menjadi anggota, dan baru di tahun 2006 FEB UGM menjadi anggota AACSB. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pengakuan akreditasi internasional dari lembaga akreditasi prestisius dari Amerika tersebut, FEB UGM berjuang cukup lama.
“AACSB dimulai 1916, kini beranggotakan 15.727 sekolah bisnis. Dari jumlah tersebut sebanyak sebanyak 711 sekolah bisnis mendapat akreditasi internasional. Dengan demikian 95,48 persen berstatus member tanpa akreditasi dan hanya 4,52 persen sekolah bisnis yang menjadi AACSB yang mendapat akreditasi,” katanya.
Di Asia Tenggara, FEB UGM merupakan perguruan tinggi ke-8 yang memperoleh akreditasi internasional AACSB. Sementara di Indonesia menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM menjadi sekolah bisnis yang pertama berhasil memperoleh akreditasi ini.
Wihana Kirana mengakui, raihan akreditasi internasional merupakan hasil kerjasama semua pihak. Artinya capaian tersebut bukan hanya kerja panitia AACSB atau Kantor AACSB, melainkan pula para dosen, personal staf, mahasiswa serta alumni yang berada di dunia industri dan lain-lain.
“Dampaknya tentu saja kualitas, bagi perusahaan industri akan menggunakan input pegawai berstandar dunia, bagi orang tua tentu saja berharap standar global, industri global dan renumerasinya. Karena harus dipertahankan, karena pada intinya AACSB ini merubah manajemen strategi fakultas, jurusan, program studi,” imbuhnya.
Prof. Dr. Marwan Asri, Dekan FEB UGM periode 2008-2012, menambahkan dengan mendapat akreditasi berarti mendapatkan pengakuan dunia. Sebab, kurang dari 5 persen sekolah bisnis di dunia yang memperoleh akreditasi internasional AACSB.
“Tentu saja, karena FEB UGM yang pertama memperoleh akreditasi ini maka pemerintah perlu belajar dan perlu tahu terkait posisi FEB UGM ini. Karena itu, yang diharapkan jika sebuah program studi, sebuah fakultas, sebuah sekolah mendapatkan akreditasi internasional seperti ini, di level nasional mestinya sudah mendapat pengakuan yang sebanding. Artinya mereka yang sudah dapat akreditasi internasional otomatis akan mendapat akreditasi tertinggi dari pemerintah,” ungkapnya.
Selain itu, katanya, pemerintah diharapkan pula menjadikan pengakuan prestasi internasional sebagai bahan dalam melakukan hibah, bantuan, dan sebagainya. Hal itu sebagai bentuk tanggungjawab moral pemerintah agar seperti FEB UGM yang telah mendapat pengakuan internasional jangan sampai lepas.
“Ini biaya besar, effort-nya banyak, komitmennya tinggi. Jangan kita dibiarkan berjalan sendiri, bagaimanapun FEB UGM adalah PTN pemerintah, jadi pemerintah kami harapkan ikut berbangga dengan pencapaian ini dan ikut mendukung dengan berbagai kebijakan yang dimiliki,” jelasnya.
Sementara, Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA., CMA selaku Manajer Pengelola AACSB FEB UGM menyatakan akreditasi internasional yang diperoleh tidak berlaku selamanya. Seperti halnya akreditasi BAN PT yang berusia 5 tahun, maka akreditasi AACSB pun berusia sama. Sehingga menjadikan raihan akreditasi internasional ini harus dijaga. Akreditasi internasional AACSB bukan final, namun awal dari sebuah perjalanan yang penuh tantangan.
“Jadi akan selalu dievaluasi, dan tidak ragu-ragu untuk dicopot AACSB jika tidak memenuhi standar. Menjelang lima tahun memasukan borang, bahkan semenjak tahun pertama pun sudah memulai laporan. Berbeda dengan akreditasi kebanyakan, dimana begitu mendapat akreditasi maka selama 4 tahun merasa bebas. Akreditasi AACSB berbeda. Begitu mendapat kita langsung bekerja, bahkan bulan lalu saja kita sudah mulai belajar membuat laporan,” tandasnya. (Humas UGM/ Agung)