YOGYAKARTA – English Debate Society (EDS) Universitas Gadjah Mada kembali menorehkan prestasi dalam berbagai kompetisi di tingkat nasional dan internasional. Tidak tanggung-tanggung, kali ini EDS memboyong kejuaraan di tiga kompetisi berbeda, yakni juara pertama dalam National Newbie Debate Competition di UNY pada 16-18 Mei, Kompetisi English Fiesta di Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal yang sama, dan United Asian Debating Championship di Nanyang Technology University, Singapore pada 25 Mei- 2 Juni lalu.
Aryanda Putra Tony, anggota tim EDS UGM, mengatakan, dirinya bersama Nalaputi Basoeki, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, mewakili UGM dalam National Newbie Debate Competition. Di kompetisi tersebut, Aryanda dan Nalaputi berhasil mengalahkan tim dari Universitas Indonesia dan Universitas Sanata Dharma dalam babak final. “EDS UGM mengirim dua tim, kebetulan tim saya yang mendapatkan juara pertama,” kata mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2013 ini, Jumat (12/6).
Aryanda mengaku, dirinya merasa senang bisa mendapat juara. Meski sempat merasa terbebani, karena pada tahun sebelumnya EDS UGM juga mendapatkan juara pada event yang sama. “Syukurlah bisa menang,” jelasnya.
Beranggotakan Ganjar Denis(FEB 2012), Noel Hasintongan (Biologi 2013), dan Aufia Espressivo (FKG 2012) juga berhasil mengalahkan Universitas Brawijaya dalam babak Final pada kompetisi English Fiesta yang digelar di Universitas Muhammadiyah Malang.
Tidak hanya juara di tingkat nasional, tim EDS UGM juga mengharumkan nama Indonesia pada kompetisi internasional dengan meraih juara pada United Asian Debating Championship yang diselenggarakan Nanyang Technology University, Singapore pada 25 Mei- 2 Juni lalu. Romario Hasintongan, mahasiswa dari Fakultas Hukum UGM ini mengisahkan, timnya berhasil mengalahkan peserta asal Jepang, Filipina, dan Malaysia. “Ini baru pertama kali saya ikut event internasional, beruntung, ternyata kita bisa juara,” terangnya.
Mario menambahkan, selain timnya mendapat juara pertama, ia juga dianugerahi sebagai Best Speaker. Mengikuti kompetisi di level internasional ini, dirinya bisa menjalin pertemanan dengan mahasiswa negara lain. Tapi menurut Mario, kemenangan yang dicapai dalam kompetisi internasional tidak bisa didapatkan dengan mudah. “Menjelang kompetisi, kita berlatih setiap hari, tidak jarang sampai larut malam,” kisahnya.
Meski mengaku awalnya ia merasa tertekan dengan latihan yang diterapkan oleh tim, namun semua kelelahan terbayar saat memperoleh juara. Apalagi dirinya bersama anggota EDS lainnya mendapatkan dukungan positif dari pihak universitas. “Mulai dua tahun ini dukungan mulai meningkat, terutama untuk dukungan finansial,” pungkasnya. (Humas UGM/Faisol)