Dalam beberapa tahun terakhir bermunculan penyakit zoonosis baru seperti MERS-CoV, Avian Influenza H5N1, H7N9, dan H 10N8. Maraknya penyakit zoonosis tersebut menjadi tantangan bagi dokter hewan untuk meningkatkan peranannya dalam upaya pengendalian penyakit yang bersumber dari hewan.
“Saat ini banyak muncul kasus penyakit baru yang bersumber dari hewan sehingga tuntutan terhadap profesi dokter hewan tinggi,” jelas Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Dr.dr. Joko Prastowo, M.Si., Kamis (26/6) saat melantik 13 dokter hewan baru, di Auditorium FKH UGM.
Meskipun demikian, dikatakan Joko, upaya penanganan penyakit zoonosis tidak hanya menjadi tanggung jawab dokter hewan. Namun, penanganan penyakit tersebut menjadi tanggung jawab berbagai pihak dan melibatkan berbagai profesi seperti dokter, ahli gizi, perawat, ahli ekologi, ahli sosial, ahli ekonomi dan lainnya.
“Perlu kerjasama dan perubahan pemikiran dalam penanganan penyakit zoonosis ini. Dengan konsep one health penanganan penyakit dilakukan melalui kolaborasi multidisiplin dan multisektor,” terangnya.
Dalam kesempatan itu Joko juga mengungkapkan bahwa Indonesia masih kekurangan tenaga dokter hewan. Pasalnya saat ini, jumlah dokter hewan di Indonesia tidak lebih dari 12.000 orang, sementara kebutuhan terhadap profesi ini mencapai 20.000 orang.
“Jumlah dokter hewan di Indonesia sangat sedikit, masih kekurangan sekitar 8.000 dokter hewan,” ujarnya.
Padahal tingkat kebutuhan terhadap profesi dokter hewan sangat tinggi di berbagai lini. Setidaknya ada 38 bidang yang membutuhkan profesi ini diantaranya bidang teknologi pangan, perlindungan konsumen, kesejahteraan hewan, karantina, pengajaran, riset, pemasaran, publikasi, dan ekonomi.
“Pertambahan jumlah dokter hewan di Indonesia belum signifikan, padahal sudah lebih dari satu abad pendidikan dokter hewan di Indonesia diselenggarakan,” jelasnya.
Hingga saat ini terdapat 10 perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan dokter hewan di Indonesia. Hanya saja kesepuluh perguruan tinggi tersebut belum mampu meluluskan dokter hewan dalam jumlah yang banyak setiap tahunnya.
“Untuk FKH UGM saja sejak 68 tahun lalu sampai sekarang baru meluluskan total 4.342 dokter hewan,” katanya.
Dihadapan ke-13 dokter hewan baru Joko juga mengingatkan agar dokter hewan selalu berjiwa long life learner. Hal itu dilakukan dengan terus mengupdate ilmu dan keterampilan melalui berbagai pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
Sementara perwakilan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang DIY, drh. Sonny Handoko berpesan kepada dokter hewan baru untuk terus belajar dan berusaha meningkatkan diri secara profesional. Dengan demikian diharapkan nantinya dokter hewan dapat bekerja dengan profesional.
“Dokter hewan merupakan profesi yang mulia karenanya harus dijalankan dengan cara-cara yang mulia juga,” terangnya. (Humas UGM/Ika)