YOGYAKARTA – Salah satu punggawa timnas Indonesia U-19, Dinan Yahdian Javier, lulus diterima kuliah di Universitas Gadjah Mada lewat jalur Penelusuran Bakat Olahraga dan Seni (PBOS). Pemuda kelahiran Bantul, 19 tahun silam memilih jurusan Manajemen sebagai pilihan studinya di UGM. “Ini jurusan pilihan saya, tidak mungkin selamanya saya jadi pemain sepakbola, saya harus memiliki pekerjaan lain setelah itu,” kata Dinan, Rabu (2/7).
Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ismayadi dan Diah ini mengaku dirinya terharu dan bangga bisa diterima kuliah di jurusan favoritnya. Ia sendiri tidak membayangkan sebelumnya bisa diterima kuliah di UGM. Pasalnya selama mengikuti pelatnas U-17 dan U-19, Dinan harus beberapa kali pindah sekolah. Meski akhirnya lulus dari SMAN 1 Sewon Bantul, Dinan sebelumnya pernah bersekolah di SMAN 1 Yogyakarta, SMA Darussalam Tanggerang. dan SMA Ragunan Jakarta. “Di SMA ‘Teladan’ Yogyakarta hanya 4 bulan, di SMA Darussalam sempat 3 bulan, di SMA Ragunan sekitar satu tahun lebih saya di sana,” ujarnya.
Sering berpindah sekolah bukan lantaran Dinan dianggap tidak berprestasi di kelas, namun tuntutan untuk mengikuti kegiatan pemusatan latihan pemain timnas menjadikan alasan Dinan berpindah sekolah bahkan mengorbankan waktu belajar di sekolahnya demi sepakbola. “Kegiatan sekolah lebih sering ditinggal, dalam sebulan paling hanya bisa masuk 2 hari. Untung, pihak Sekolah bisa ngerti, kita juga cari sekolah yang bisa ngasih dispensasi,” kata Dinan yang memenangi AFF Cup U-19 2013 lalu.
Untuk mengejar ketertinggalan materi pelajaran di sekolah, Dinan mengaku harus belajar sendiri apalagi diharuskan berada di Uruguay selama 1,5 tahun. Beruntung, di saat waktu ujian sekolah berlangsung, para guru sekolah sengaja diterbangkan ke sana. “Di Uruguay, hampir semua teman-teman seperti itu,” katanya.
Sejak Kecil Suka Sepakbola
Kecintaan Dinan pada si kulit bundar sudah sejak kecil. Beruntung kedua orang tua yang berprofesi pedagang majalah dan alat tulis ini mendukung minat dan bakat sang anak. Pada usia 8 tahun, Dinan didaftarkan di salah satu sekolah sepak bola di Yogyakarta. Bakatnya pun makin terasah. “Sejak kelas 2 SD (Sekolah Dasar-red) sudah senang dengan bola kaki,” ucapnya.
Bakat dan kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar mendapat pantauan dari para pencari bakat sepakbola. Dinan pernah lolos seleksi masuk tim U-21 klub Pelita Jaya, hingga akhirnya dipanggil menjadi timnas U-17 dan U-19. Di pelatnas, kata Dinan, ia bersama Evan Dimas dan kawan-kawan lainnya harus berlatih setiap pagi dan sore. Soal makan, mereka diatur sesuai dengan menu yang sudah disiapkan. Bahkan untuk sekedar jalan-jalan tentu tidak sembarang diberikan pelatih, mereka harus meminta izin dan hanya diperbolehkan saat masa liburan saja.
Meski sudah meraih juara AFF U-19, target agar para pemain timnas U-19 yang dipersiapkan bisa membawa Indonesia lolos ke putaran piala dunia di masa mendatang adalah impian Dinan. Untuk masuk timnas senior tentunya tidak mudah bagi Dinan. Namun dia tetap berkeinginan bisa membela tim senior garuda, “Mewakili Indonesia di piala dunia, impian saya sejak kecil,” kata pria yang mengidolakan Frank Ribery dan Boaz Solossa ini. (Humas UGM/Gusti Grehenson)