YOGYAKARTA – Dokter Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP), dr. Muchlis Achsan Udji Sofro, SpPD, berhasil memperoleh gelar doktor dari Fakultas Kedokteran UGM, Rabu (6/8), usai mengikuti ujian terbuka promosi doktor. Dalam kesempatan tersebut, pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, 51 tahun lalu ini, berhasil mempertahankan penelitian disertasinya mengenai kajian imunologis, klinis dan virologist terhadap respon regulatory T cell (Treg) pada pasien HIV dan TB-HIV dalam terapi Antiretroviral.
Di hadapan tim penguji, Muchlis mengatakan kasus infeksi HIV dan AIDS di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada Juni 2013, jumlah penderita infeksi HIV mencapai 108.600 orang, sedangkan penderita AIDS sebanyak 43.667. “Yang meninggal 8.235 orang dengan 50% diantaranya merupakan kasus ko-infeksi tuberculosis-HIV atau TB-HIV,” katanya.
Terapi antiretroviral (ARV) saat ini menjadi salah cara mengendalikan progresivitas penyakit AIDS. Terapi antiretroviral berfungsi mengendalikan replikasi virus, menekan viral load, mencegah memberatnya gejala AIDS, memperlambat progresivitas penyakit, dan mencegah kehadiran infeksi oportusitik. “Terapi antiretroviral berperan mengatur regulasi sistem imun antara lain melalui keseimbangan Thelper 17 dan sel Treg,” katanya.
Dari hasil penelitian Muchlis terhadap 52 pasien HIV dan 40 pasien TB-HIV yang menggunakan terapi ARV di RSUP Dr. Kariadi Semarang ditemukan 10 pasein yang akhirnya meninggal dunia selama satu tahun menggunakan terapi tersebut. Pasein yang meninggal ini, terdiri 5 pasien HIV dan 5 pasien TB-HIV.
Namun begitu, para pasien yang menggunakan terapi ARV ini, ditemukan terdapat perbedaan jumlah Treg antara pasien HIV dan TB-HIV pada awal terapi antiretroviral. Seperti diketahui, keberadaan sel Treg berperan dalam mengontrol aktivasi imun dan progresivitas penyakit. “Dari penelitian saya, didapatkan peningkatan jumlah Treg pasien HIV dan penurunan jumlah Treg pada TB-HIV setelah terapi antiretroviral,” paparnya.
Dia menambahkan, jumlah sel Treg ini dapat dipertimbngkan sebagai faktor untuk melihat progresivitas infeksi HIV dan TB-HIV. Tidak hanya itu, Treg dan viral load dapat digunakan juga untuk mengevaluasi keberhasilan terapi pasien HIV-AIDS. (Humas UGM/Gusti Grehenson)