YOGYAKARTA – Dua Mahasiswa UGM berhasil menyabet medali perak dan penghargaan Honorable Mention dalam Olimpiade Matematika tingkat internasional di Blagoevgrad, Bulgaria, pada 29 juli hingga 4 Agustus lalu. Adalah Pramudya, mahasiswa prodi Teknik Elektro angkatan 2011 berhasil merebut medali perak, sedangkan Taufiq Ardiansyah dari prodi Matematika UGM merebut Honorable Mention. Perjuangan kedua mahasiswa untuk merebut penghargaan ini tentu tidak mudah. Mereka harus bersaing dengan 342 peserta dari 47 negara, diantaranya Rusia, Amerika Serikat, Brasil, Hungaria, Polandia, Singapura, Sri Langka, Iran, Jerman, Belanda, dan Kroasia.
Pramudya yang dihubungi tengah mengikuti kegiatan KKN PPM di daerah Tegalrejo, Yogyakarta, Kamis (7/8), mengatakan keikutsertaannya dalam Olimpiade Matematika tingkat mahasiswa merupakan untuk pertama kalinya. Ia pun tidak menyangka dan sangat bersyukur bisa pulang membawa medali. “Tapi tentunya lebih bangga lagi karena bisa mengharumkan nama Indonesia,” katanya.
Selain Pram, demikian ia akrab disapa, ada 6 mahasiswa Indonesa lainnya di ajang kompetisi Olimpiade Matematika kali ini. Selain dari UGM, peserta mahasiswa lainnya berasal dari ITS, ITB, UI, dan UPI. “Dua diantaranya berasal dari UGM,” kata laki-laki kelahiran Kulon Progo, 21 Juni 1993 ini.
Anak pertama dari empat bersaudara pasangan Kurnia Suhartono dan Sri Rusmini menuturkan penentuan pemenang International Mathematics Competition for University Students ditentukan berdasarkan dari hasil ujian tertulis di bidang ilmu matematika aljabar, matematika analisis real, analisis kompleks dan kombinatorik. Tahap seleksi dilakukan selama dua hari untuk menyeleksi ratusan peserta.
Pram mengaku di saat pengumuman pemenang dia sempat gugup dan tegang. Pasalnya, selisih nilai antar pemenang medali emas, perak, dan perunggu tidak berbeda jauh. “Sempat deg-degan saat menjelang pengumuman,” kenangnya.
Suka Tantangan
Tidak mudah bagi Pramudya untuk bisa lolos menjadi wakil RI pada Olimpiade Internasional Matematika. Meski Pram pernah menyabet medali perunggu dalam olimpiade matematika internasional tingkat siswa tiga tahun lalu. Soalnya, semenjak kuliah di Jurusan Teknik Elektro, Pram mengaku ia jarang mendalami materi matematika tingkat lanjut. Untuk menyiasatinya, dia pun tidak segan-segan banyak membaca buku dan berlatih mengerjakan soal olimpiade matematika yang diunduh di internet. “Kadang juga tanya ke teman-teman (jurusan) matematika, sekedar tanya judul buku matematika,” katanya.
Anak dari pedagang sembako ini bercerita kecintaannya pada matematika sudah sejak di bangku sekolah dasar. Kecintaannya pada matematika bukan dari cara berhitung atau menghapal rumus, melainkan tantangan memecahkan setiap soal matematika yang kadang jauh dari urusan berhitung. “Yang menarik, justru saat ketemu masalah dari soal yang sulit saya pecahkan, makin bikin saya penasaran,” terangnya.
Di olimpiade matematika, kata Pram, tidak banyak soal berhitung yang diuji. Sebaliknya yang ditekankan pada kemampuan ide dan logika bagi setiap peserta dalam menyelesaikan kasus matematika. “Soal hitung-hitungan tidak banyak. Yang dituntut justru kreativitas kita dalam menyelesaikan soal-soal itu,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)