Mahasiswa UGM berhasil mengembangkan metode pembibitan tebu yang lebih efisien dan berkualitas. Dengan teknik Bud Chips nantinya akan dihasilkan bibit tebu dalam jumlah yang lebih banyak dan menghemat penggunaan bibit saat pembibitan.
Teknik tersebut lahir dari pemikiran tiga mahasiswa muda UGM yaitu Septhian Nur Caroko (Fakultas Pertanian), Anggi Muhtar Pratama (Fakultas Kedokteran Hewan), dan Tintani Bunga Restika (Fakultas Farmasi). Keprihatinan terhadap rendahnya produksi gula nasional yang tidak berimbang dengan tingginya konsumsi gula masyarakat Indonesia mendorong mereka untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
“Rendahnya produksi gula nasional, salah satunya dikarenakan rendahnya kualitas bibit tebu,” kata kata Septhian, Jumat (15/8) di UGM.
Maka dari itu Septhian dan dua rekannya mengembangkan metode Bud Chips yang dapat meningkatkan kualitas bibit tebu. Teknik Bud Chips dilakukan dengan pengeboran di sekitar mata tunas secara melingkar dengan mengikutsertakan sebagian titik akar tumbuh. Dengan cara ini bisa menghasilkan 10-15 anakan tanaman, jumlah yang lebih banyak dibanding dengan metode konvensional yang hanya menghasilkan 8-10 anakan tanaman.
Tak hanya itu, metode bud chips mampu menghemat bibit hingga enam kali dibanding dengan metode konvensional. Penggunaan teknik bud chips hanya membutuhkan bibit 1-2 ton per hektar, sedangkan metode konvensional membutuhkan bibit hingga 6-7 ton per hektar.
“Tebu yang ditanam pun bisa berproduksi hingga 70 kuintal per hektar. Sedangkan dengan metode bagal (konvensional) hanya mencapai 650 kuintal per hektarnya,” ungkapnya.
Bunga menambahkan penanaman tebu dengan metode bud chips ini dapat memberikan keuntungan bagi para petani. Pasalnya dalam satu periode penanaman bibit yaitu sekitar 3 bulan, bisa dihasilkan 50.000 bibit. Sementara harga setiap bibitnya berada dalam kisaran Rp. 600,-. “Artinya dalam tiga bulan omzet yang diterima bisa mencapai Rp. 13 juta,” terangnya.
Saat ini metode bud chips sudah dilakukan di Desa Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Lokasi ini dipilih karena Jawa Timur mempunyai area perkebunan tebu terbesar di Indonesia dan para petani tebu belum banyak menggunakan teknik pembibitan ini.
“Bibit ini merupakan salah satu solusi masalah swasembada gula di Indonesia yang rencananya akan dicanangkan pada tahun 2014 ini,” tutupnya. (Humas UGM/Ika)