JAKARTA – Universitas Gadjah Mada meluncurkan salah satu hasil riset karya anak bangsa berupa alat kesehatan untuk rekayasa jaringan tulang manusia yang dinamakan Gama-CHA. Hasil penelitian Dosen Fakultas Kedokteran Gigi, drg. Ika Dewi Ana, Ph.D., sudah melewati uji laboratorium dan uji klinis, serta mendapatkan registrasi dari Kementerian Kesehatan sehingga bisa diproduksi massal oleh Kimia Farma dan Swayasa Prakarsa. Peluncuran produk Gama-CHA dilaksanakan di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (18/8), dihadiri Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan; Wamenkes, Ali Ghufron Mukti; dan Dirut Kimia Farma, Rusdi Rosman.
Ika Dewi Ana yang ditemui wartawan usai peluncuran Gama-CHA mengatakan dirinya menyambut gembira dengan diproduksinya produk penelitiannya yang sudah diteliti selama puluhan tahun tersebut. Dia berharap produk ini bisa mengurangi ketergantungan impor. “Ada 3-4 produk sejenis, tapi semunya produk impor, ini satu-satunya produk lokal,” kata Ika.
Diakui Ika, keunggulan Gama-CHA dibandingkan dengan produk lainnya adalah secara klinis telah terbukti menjadi perancah tulang yang baik pada operasi regeneratif. Bahkan Gama-CHA memungkinkan dokter gigi, ahli bedah mulut, periodontist, dan ahli ortopedi menggunakannya dalam terapi mempercepat pertumbuhan tulang yang hilang tanpa harus mengambil tulang pasien yang masih sehat. Apalagi menggunakan tulang dari pasien yang sudah meninggal dari bank jaringan.
Teknologi CHA ini, tambahnya memungkinkan perbaikan rahang pasca pencabutan gigi, perbaikan fraktur tulang rahang, dan mempecepat penyembuhan luka pada jaringan tulang. Pasalnya, Gama-CHA mengandung unsur karbonat, kristalinitas, dan polimer yang disesuaikan dengan komposisi tulang. “Kolagen yang dipakai secara imunologis bisa diterima tubuh, sehingga mempercepat remodeling tulang,” paparnya.
Perempuan kelahiran Yogyakarta 45 tahun lalu ini menuturkan waktu yang dibutuhkan dirinya untuk meneliti Gama-CHA berlangsung lebih dari 15 tahun. Perjuangannya pun tidak mudah. Agar sampai bisa diproduksi, produk ini pernah diuji pada hewan kecil hingga hewan besar hingga sampai akhirnya diuji pada manusia. Pulang jam 3 pagi dari laboratorium adalah hal yang biasa bagi Ika. Beruntung dia memiliki suami dan anak-anak yang mendukung aktivitasnya. “15 tahun tentu bukan waktu yang pendek, tapi cita-cita untuk membantu masyarakat membuat saya makin tekun meneliti,” kenangnya.
Tidak hanya mampu menyembuhkan tulang kurang dari 2 bulan, harga yang ditawarkan dari produk ini pun jauh lebih murah ketimbang dari produk kompetitor lain. Menurut Dirut Kimia Farma, Rusdi Rosman, produk ini bisa digunakan oleh BPJS untuk membantu masyarakat yang kesulitan membeli produk yang harganya jauh lebih mahal. “Produk ini tidak terbatas pada gigi, tapi juga bisa digunakan pada tulang,” ungkapnya.
Menteri BUMN Dahlan Iskan secara langsung memberi ucapan selamat dan apresiasi pada Ika Dewi Ana sebagai peneliti UGM yang bisa menghantarkan produk penelitiannya bisa dimanfaatkan masyarakat luas. Dahlan bercerita ihwal lahirnya produk penelitian ini berawal dari kunjungannya ke UGM sekitar 1,5 tahun lalu dan ia sempat menanyakan produk-produk penelitian UGM yang siap diproduksi oleh BUMN. “Saya tagih terus menerus, bagaimana pelaksanaannya, jika hari ini diluncurkan, saya saya sangat senang, menunjukan bahwa kita bukan tergolong orang yang hanya ngomong saja, tapi bisa mewujudkan sesuatu,” ujarnya.
Yang tidak kalah penting menurut Dahlan, semakin banyak hasil penelitian di bidang obat dan alat kesehatan dari penelitian kampus yang bisa diproduksi massal maka bisa mengurangi ketergantungan impor produk alat kesehatan yang mencapai 90 persen.”Harus ada yang berinisiatif seperti ini. Meski nanti saya tidak jadi menteri, saya akan tagih terus ke Dirut (Kimia Farma),” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Wamenkes, Ali Ghufron Mukti, mengatakan produk sejenis dari hasil penelitian Ika Dewi Ana ini saat ini banyak didominasi produk dari Jepang dan Korea. Oleh karena itu, dia menyambut baik hasil karya inovasi dari peneliti Universitas Gadjah Mada ini.
Ghufron menambahkan, kebutuhan produk yang berupa obat dan alat kesehatan saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat setelah diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional. Hal ini bisa menjadi peluang bagi industri alat-alat kesehatan nasional.”Kebutuhan obat dan alat kesehatan kian meningkat, ini harus ditangkap para peneliti, produsen dan para pemerintah daerah. Sekarang, kebutuhan obat dan alat kesehatan naik dua hingga tiga kali lipat,” paparnya.
Wakil Rektor Bidang Kerja sama dan Alumni, Prof. Dr. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, menyebutkan saat ini ada 8 produk hasil penelitian UGM yang siap dipasarkan ke masyarakat. Untuk menyalurkan produk penelitian tersebut, UGM bermitra dengan pihak industri agar bisa diproduksi massal. ”UGM siap mengeluarkan 8 produk, 6 produk herbal dan 2 alat kesehatan. Dua alat kesehatan tersebut salah satunya Gama-CHA,” katanya.
Rita, demikian ia akrab disapa, mengatakan tidak mudah bagi UGM untuk menghasilkan produk penelitian yang bisa diadopsi oleh industri dan diproduksi massal seperti produk Gama-CHA ini. Namun begitu, pihaknya yakin dengan menjalin mitra dan meyakinkan pihak industri, produk-produk hasil penelitian UGM ini akan terus bisa dimanfaatkan masyarakat. (Humas UGM/Gusti Greheson)