Sebagai salah satu perusahaan energi terintegrasi yang terkemuka di dunia, Chevron memberi perhatian dunia pendidikan dengan membantu pengembangan Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. Bantuan senilai lebih dari 2,2 miliar rupiah berupa pengadaan alat pratikum, perlengkapan pendukung penelitian dan sejumlah buku penunjang di serahkan Presiden Direktur PT. Chevron Pacific Indonesia, Albert Simanjuntak dan diterima Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc dalam acara perpanjangan kerjasama kedua belah pihak, Rabu (20/8) di University Club UGM.
Albert Simanjuntak mengaku motivasi Chevron berbagi dengan dunia pendidikan adalah untuk meyakinkan pada mahasiswa/mahasiswi bahwa Chevron adalah tempat yang menarik dan baik untuk dipilih sebagai tempat berkarya. Dengan bantuan ini diharapkan bisa memancing mahasiswa/mahasiswi UGM berkarier di Chevron.
“Harapan kita, mudah-mudahan nanti ada yang meniti karier bahkan menjadi pimpinan tertinggi Chevron, baik perusahaan yang di Indonesia maupun yang di luar negeri. Chevron membuka kesempatan untuk itu dan nantinya bisa memimpin perusahaan di luar negeri. Itu motivasi kita,” ujarnya.
Apa yang dilakukan Chevron, kata Albert, merupakan investasi di bidang sumber daya manusia. Chevron berperan untuk menyiapkan calon-calon yang akan berkarier sekaligus memanfaatkan pemikiran-pemikiran yang ada di lingkungan akademis.
“Baru sebentar saya berada di kampus ini, saya sudah belajar banyak dari pembicaraan-pembicaraan. Itu hal yang sangat luar biasa. Ini kesempatan saya menyerap pola pikir, termasuk pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa dan mahasiswi,” jelasnya.
Dengan kerja sama ini, menurut Albert, kedua belah pihak dalam posisi setara dan saling menguntungkan. Chevron berharap kerjasama ini akan terus berlanjut dan sustainable.
Menanggapi kerjasama ini, Pratikno menilai kerjasama UGM dan PT. Chevron Pacific Indonesia merupakan bagian penting dari economic development. Artinya universitas (UGM) tidak lagi dalam posisi di menara gading, namun harus masuk dalam linkages dunia industri.
“Karena banyak inovasi dan penelitian yang dihasilkan, namun seringkali delivery terhenti di titik 70 persen. Salah satu cara agar delivery knowledge production terwujudkan maka enggagement dengan user menjadi penting,” katanya.
Agar tidak menimbulkan gap antara dunia industri dan kampus, kata Rektor, beberapa tahun terakhir UGM membuat program invite industries in campus. Mulai dari kuliah umum hingga proses pembelajaran yang disesuaikan dengan industri.
“Karena itu, kita perlu peremajaan dan catch up alat-alat laboratorium, karena industri lebih cepat untuk ini sehingga mau tidak mau kita harus linkages dengan industri,” tambahnya.
Kerjasama UGM dan Chevron mencakup peningkatan pendidikan dan penelitian di bidang rekayasa sumber daya energi, khususnya pada ilmu bumi, rekayasa minyak dan gas bumi, dan rekayasa panas bumi. Kerjasama dilakukan dalam pengembangan laboratorium dan perpustakaan, peningkatan pembelajaran berbasis riset, tranfer ilmu dan pengalaman, pengembangan outreach program, pertukaran tenaga pengajar, peningkatan kualitas sistem pendidikan dan tata kelola sumber daya manusia. (Humas UGM/ Agung)