Kambing merupakan salah satu jenis ruminansia yang banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan di Provinsi Lampung. Bahkan, Lampung tercatat sebagai provinsi di luar Pulau Jawa yang memiliki populasi kambing tertinggi. Pada tahun 2011, populasi kambing mencapai 1.086.584 ekor yang tersebar luas di semua kabupaten di Lampung. Terdiri dari kambing PE, Boerawa, Rambon, dan Kacang.
Kendati memiliki populasi yang cukup besar, namun kualitas indukan jantan dan betina masih tergolong rendah. Ir. Sulastri, dosen Prodi Peternakan di Universitas Negeri Lampung mengatakan bahwa hingga saat ini belum didapatkan solusi terhadap persoalan tersebut. Potensi peternakan kambing di seluruh wilayah dan bangsa kambing di provinsi Lampung belum diketahui secara pasti. Pasalnya penelitian yang dilakukan selama ini masih sebatas mengeksplorasi kinerja pertumbuhan dan reproduksi kambing di wilayah dan bangsa tertentu. Karenanya perlu dilakukan eksplorasi terhadap kinerja populasi, kinerja eksterior, produksi, reproduksi, dan karakteristik genetik bangsa-bangsa kambing di seluruh kabupaten di Lampung.
“Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengidentifikasi potensi di masing-masing wilayah peternakan kambing,” terangnya, Senin (1/9) saat mempertahankan disertasi berjudul “Karakteristik Genetik Bangsa-Bangsa Kambing di Provinsi Lampung”.
Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur, Kota Metro, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulangbawang, Kabupaten Tulangbawang Barat, dan Kabupaten Way Kanan merupakan sumber bibit dan produsen kambing. Hal ini ditunjukkan dari nilai Net Rerpacement Rate (NRR) pejantan pada keempat bangsa kambing lebih tinggi daripada betina dengan rata-rata NRR jantan 2031,96 persen, sedangkan betina 317,46 persen. Sementara rata-rata output keempat bangsa kambing sebesar 48,53 persen (107.814 ekor).
Selanjutnya dari penelitian polimorfisme gen hormon pertumbuhan cempe Boerawa G1 menunjukkan bahwa 22 ekor cempe Boerawa G1 teridentifikasi sebagai individu heterozigot AB dan 12 ekor sebagai individu homozigot dengan genotip AA. Namun tidak ada individu yang memiliki genotip BB.
“Hasil analisis dengan SNP A781G memperlihatkan bahwa polimorfisme den GH menghasilkan kinerja pertumbuhan bervariasi. Ini menunjukkan adanya keterkaitan antara polimorfisme gen hormon pertumbuhan dengan sifat-sifat pertumbuhan prasapih pada cempe Boerawa G1 Betina,” urainya.
Temuan lainnya juga menunjukkan bahwa untuk peningkatan sifat-sifat pertumbuhan saat sapih dan umur 1 tahun pada populasi keempat bangsa kambing tersebut dapat dilakukan melalui seleksi. (Humas UGM/Ika)