Budidaya rumput laut diminati masyarakat, karena memiliki beberapa keunggulan. Disamping pemakaian teknologi sangat sederhana, budidaya rumput laut tidak memerlukan modal besar, menguntungkan dan dapat dilakukan secara massal. Selain itu, pemeliharaan singkat, memiliki peluang pasar tinggi, dan produk olahannya beragam.
Dengan teknologi yang sederhana, usaha budidaya rumput laut dapat dilakukan masyarakat secara perorangan maupun kelompok. Kabupaten Halmahera Selatan dengan luas wilayah 40.263,72 km2, yang terdiri atas daratan 8.779,32 km2 (22%) dan lautan 31.484,40 km2 (78%) serta memiliki panjang garis pantai sekitar 2.384,40 km2 menjadi daerah yang memiliki potensi budidaya laut, terutama rumput laut (seaweed) sangat besar.
“Dilihat dari produksi terus mengalami peningkatan, pada tahun 2007 total produksi rumput laut mencapai 3.771,00 kg, tahun 2008 sebesar 4.336,65 kg, tahun 2009 sebanyak 5.496,15 kg, tahun 2010 4.759,62 kg dan tahun 2011 sebesar 5.400,43 kg. Dengan memanfaatkan luas areal sebesar 2.203,19 hektar, produksi budidaya laut yang dicapai tersebut, diikuti dengan meningkatnya harga jual rumput laut di pasaran, sekaligus mendorong masyarakat menggalakkan budidaya rumput laut sebagai salah satu alternatif mata pencaharian untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup”, kata Muhammad Irfan, S.PI., M.Si di Auditorium Fakultas Pertanian UGM, Rabu (17/9).
Meski begitu, kata Muh. Irfan, usaha budidaya rumput laut tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Beberapa permasalahan budidaya rumput laut di Kabupaten Halmahera Selatan antara lain kegiatan budidaya belum dapat dilakukan sepenuhnya akibat rendahnya sumberdaya manusia. Bahkan, sebagian besar budidaya masih dilakukan secara tradisional, yang belum memperhatikan persyaratan teknis seperti pemilihan lokasi yang belum sesuai, serta penanganan pasca panen yang kurang tepat.
Produksi rumput laut pun hingga kini masih didapat dari alam sehingga belum mencapai kualitas standar yang diharapkan. Sehingga hasil budidaya atau jumlah produksi seringkali mengalami fluktuasi baik terhadap produksi basah maupun kering.
“Belum adanya pengelolaan sumberdaya perairan khususnya di kabupaten Halmahera Selatan untuk usaha budidaya rumput laut yang memenuhi persyaratan lokasi atau kelayakan perairannya dengan persyaratan teknis rumput laut yang akan dibudidayakan, maka diperkirakan dapat menurunkan kuantitas dan kualitas produksi rumput laut di daerah ini,” katanya saat menempuh ujian terbuka Program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Oleh karena itu, menurut Muh. Irfan dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Khairun (UNKHAIR) Ternate, Maluku Utara, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu mewujudkan usaha budidaya rumput laut secara berkelanjutan. Perlu untuk melakukan evaluasi terhadap berbagai faktor yang mendukung keberhasilan budidaya rumput laut itu sendiri, seperti faktor lingkungan lahan, teknik budidaya, sosial budaya, ekonomi/finansial dan kelembagaan.
“Dimensi-dimensi keberlanjutan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu dasar untuk melihat status keberlanjutan budidaya rumput laut di kawasan perairan Kabupaten Halmahera Selatan. Karena itu, budidaya rumput laut berkelanjutan penting dilakukan sebagai dasar dalam pengelolaan sumberdaya perairan secara berkelanjutan,” paparnya saat mempertahankan desertasi “Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan di Perairan Halmahera Selatan”. (Humas UGM/ Agung)