Matematika hingga saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar siswa. Selain sulit dipahami, guru yang terlihat kaku dalam pembelajaran menambah daftar panjang ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran ini.
Dosen prodi Psikologi Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri, Rini Risnawita Sumita, M.Si., mengatakan matematika masih dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang menjadi stresor utama dalam proses belajar di sekolah. Tingginya tingkat kecemasan dalam pembelajaran semakin menambah ketidaksukaan terhadap pelajaran matematika sehingga menurunkan pemahaman siswa terhadap matematika.
“Kecemasan pada siswa terjadi salah satunya karena metode pembelajaran yang digunakan kurang memperhatikan aspek psikologi siswa. Pembelajaran dilakuakn secara monoton sehingga kurang membantu siswa untuk bisa lebih memahami pelajaran dengan mudah dan menyenangkan,” paparnya Rabu (26/11) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM. Mempertahanakan disertasi berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Matematika pada Siswa SMA”.
Dari penelitian yang dilakukan pada 765 siswa SMA di kota Kediri, Jawa Timur diketahui bahwa iklim kelas menjadi faktor yang sangat berperan secara langsung terhadap kecemasan matematika pada siswa. Pasalnya iklim kelas menjadi komponen penting yang menjadikan proses pembelajaran menarik maupun menjadikan guru dan siswa saling mendukung dalam pembelajaran.
“Iklim kelas yang baik menjadikan siswa termotivasi untuk belajar dengan baik serta bisa belajar matematika dengan positif. Namun sebaliknya, dengan iklim kelas yang buruk membuat siswa bertambah stres dan semakin menambah kecemasan belajar matematika,” jelas wanita kelahiran Pulau Sambu, 15 Desember 1977 lalu ini.
Oleh sebab itu, Rini menegaskan pentingnya menciptakan iklim kelas yang positif oleh para guru dalam proses belajar mengajar matematika. Dengan begitu diharapkan kepercayaan diri dan minat belajar siswa terhadap matematika bisa meningkat. “Pada akhirnya siswa dihaapkan bisa lebih paham terhadap matematika,” ujarnya.
Rini menambahkan, peran orang tua untuk mendorong dan memotivasi juga dibutuhkan. Meskipun tidak secara langsung bis amenurunkan kecemasan matematika, tetapi adanya dukungan akademik orang tua bisa membantu menumbuhkan kepercayaan diri dan minat belajar matematika pada anak. (Humas UGM/Ika)