Tersedianya fasilitas irigasi dan subsidi input berupa bibit, pupuk, serta obat-obat pemberantas hama dan penyakit tidak selalu menjamin meningkatnya produksi, pendapatan, dan distribusi pendapatan petani. Kondisi eksternal yang berada di luar kuasa manusia yaitu terjadinya perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap pola tanam yang dilakukan petani.
Perubahan pola tanam inipun pada akhirnya berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani. Sementara pada sektor pertanian fenomena alam juga memperlihatkan peran yang semakin penting akhir-akhir ini melalui kehadiran iklim El Nino dan La Nina.
Menurut Bambang Sarosa, dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, perubahan iklim semakin sering terjadi dengan kondisi musim yang semakin ekstrem dengan durasi yang semakin panjang, sehingga menimbulkan dampak nyata terhadap produksi pertanian dibanyak negara termasuk Indonesia. Di daerah tropis seperti Indonesia, kedua perubahan iklim tersebut biasanya menimbulkan pergeseran pola curah hujan, perubahan besaran curah hujan dan perubahan suhu udara.
“Akibat lebih lanjut adalah terjadinya musim kemarau yang semakin panjang, kekeringan, banjir dan meningkatnya gangguan hama dan penyakit tanaman. Kejadian El Nino biasanya diikuti dengan penurunan curah hujan dan peningkatan suhu udara, sedangkan La Nina merangsang kenaikan curah hujan diatas curah hujan normal,” katanya di Auditorium Fakultas Pertanian UGM, Rabu (26/11) saat menjalani Ujian Terbuka Program Doktor Ilmu Pertanian, Minat Ekonomi Pertanian.
Lagi menurut Bambang, kedua perubahan iklim tersebut tentu tidak menguntungkan bagi produksi pertanian. Oleh karena itu penelitian dalam desertasinya diarahkan untuk menganalisis pengaruh irigasi terhadap produksi, pendapatan, dan distribusi pendapatan petani pada berbagai kondisi iklim pada Daerah Irigasi Pekik Jamal di Kabupaten Kulon Progo.
Bahwa daerah irigasi Pekik Jamal telah merubah pola tanam dan meningkatkan intensitas tanam (cropping intencity) usahatani padi sawah di daerah hulu (Kecamatan Kalibawang Desa Banjarharjo) dan di daerah hilir (Kecamatan Panjatan Desa Garongan dan Kecamatan Wates Desa Ngestiharjo). Pada sawah tadah hujan pola tanamnya adalah padi-palawija-bera dengan cropping intencity sebesar 121 persen (142 persen di daerah hulu dan 100 persen di daerah hilir), sedangkan pada sawah irigasi adalah sebagian besar petani menggunakan pola tanam padi-padi-palawija namun terdapat juga petani melakukan pola tanam padi-padi-bera dengan cropping intencity sebesar 178 persen (173 persen pada daerah hulu dan 184 persen pada daerah hilir).
“Dampak lain yang dirasakan masyarakat tani dengan keberadaan daerah irigasi Pekik Jamal adalah irigasi mampu meningkatkan produksi dan menekan penggunaan pupuk kimia,” papar pria kelahiran Solo, 6 februari 1952 saat mempertahankan desertasi “Pengaruh Irigasi dan Perubahan iklim Terhadap Usahatani Padi Sawah di Daerah Irigasi Pekik Jamal Kabupaten Kulon Progo”.
Oleh karena itu, guna meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani padi sawah hendaknya kondisi Daerah Irigasi Pekik Jamal lebih diperhatikan, terutama sarana dan prasarana irigasi yang ada di sepanjang saluran. Selain itu, perlu mencari sumber-sumber air irigasi lain terutama di daerah hulu, misalnya membangun embung, irigasi dan sungai-sungai kecil yang ada dan lain-lain.
“Karena bagaimanapun sistim irigasi dan jaringan irigasi yang baik akan meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani padi sawah,” tandas Bambang Sarosa. (Humas UGM/ Agung)