Framing effect atau efek pembingkaian merupakan suatu fenomena yang menjelaskan tentang penyajian suatu informasi yang sama dengan format berbeda. Framming effect ini dapat mempengaruhi keputusan individu, dan dalam konteks manajemen investasi, pembingkaian adalah cara penyajian berbeda mengenai suatu informasi spesifik perusahaan yang sama oleh perusahaan emiten yang menimbulkan perbedaan persepsi investor dan reaksinya.
“Berbagai riset tentang reaksi pasar terhadap informasi spesifik perusahaan hingga saat ini menunjukkan hasil yang belum konsisten. Temuan menunjukkan ada perbedaan reaksi pasar baik di pasar modal yang maju maupun yang sedang berkembang,” kata Caecilia Wahyu Estining Rahayu, di Auditorium BRI, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Selasa (23/12).
Menjalani ujian terbuka Program Doktor Ilmu Ekonomi dengan desertasi “Pengaruh Pembingkaian Informasi Terhadap Reaksi Investor Pada Kondisi Pasar Bullish dan Bearish: Sebuah Eksperimen”, Caecilia mengungkapkan ada dugaan bahwa perbedaan persepsi reaksi pasar bukan disebabkan oleh aspek ekonomi, melainkan beberapa aspek psikologis seperti overreaction/ underreaction, overconfidence, loss aversion, dan framing bias. Perbedaan reaksi investor terhadap informasi spesifik perusahaan tersebut disebabkan pula oleh kondisi pasar modal (kondisi pasar bearish dan kondisi pasar bullish) dan volatilitas pasar.
“Meski begitu temuan beberapa studi tentang reaksi pasar terhadap informasi spesifik perusahaan pada kondisi pasar bullish dan bearish hingga dewasa ini masih kontroversial,” ujar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pilot study dilakukan kepada 149 mahasiswa, dengan melibatkan partisipan 85 mahasiswa S1 yang belajar di 3 PT di DIY. Partisipan tersebut terdiri dari 33 mahasiswa FE USD (38,82 persen), 20 mahasiswa FE UKDW (23,53 persen) dan 32 mahasiswa FE UII (37,65 persen). Sebanyak 85 partisipan dalam eksperimen ini telah menempuh mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan dan sebagian besar telah mengambil mata kuliah Portofolio dan Analisis Investasi.
“Penelitian ini menghasilkan temuan baru yang menarik, yang tidak sejalan dengan teori pembingkaian dan teori prospek. Dua hal yang dapat menjelaskan munculnya temuan baru ini adalah aspek partisipan yang belum berpengalaman, belum pernah mengalami rugi dalam transaksi perdagangan saham, dan tidak adanya kompensasi finansial yang bersifat variabel bagi partisipan yang mampu menyelesaikan tugas eksperimen dengan lebih baik daripada partisipan lainnya,” tutur perempuan kelahiran Pekalongan, 29 Juli 1967 ini.
Karena itu, kata Caecilia, guna kepentingan penelitian eksperimen serupa di masa mendatang perlu pemberian modal awal berupa uang riil kepada partisipan untuk menjalankan peran mereka sebagai trader (investor) dengan lebih bijak dan hati-hati. Selain itu, perlu pemberian kompensasi finansial yang bersifat variabel kepada partisipan agar mampu memberikan damak psikologis. (Humas UGM/ Agung)