YOGYAKARTA – Larva instar ketiga atau uret merupakan salah satu jenis hama yang telah umum menjadi masalah pada budidaya tanaman hortikultura, pangan, dan perkebunan di Indonesia. Tercatat tidak kurang dari 30 spesies uret menjadi perusak akar tanaman pangan dan perkebunan. Lepidiota stigma F, salah satu jenis uret yang biasanya merusak akar tanaman tebu. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) melansir, sampai dengan tahun 2011 hama Lepidiota stigma F. menjadi kendala utama dalam pengembangan tebu di Jawa. Bahkan data BBP2TP menunjukkan hama tersebut telah menyebabkan kerusakan lahan sebesar 75% di Kabupaten Sleman dan 80% di Kabupaten Purworejo.
“Serangga tersebut bahkan juga menjadi penyebab rusaknya 50% hamparan rumput taman di halaman kantor pusat UGM,” tutur Dosen Perlindungan Tanaman, Tri Harjaka, SP, MP dalam ujian doktornya yang berlangsung di auditorium Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM, Selasa (20/1). Bertindak selaku promotor Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, M.Sc., dan Ko-promotor Dr. Ir. Witjaksono, M.Sc.
Menurut Tri Harjaka, berbagai upaya pengendalian L.stigma telah dilakukan namun usaha tersebut belum memberikan hasil yang efektif dalam jangka panjang. Pengendalian L.stigma secara hayati dengan pathogen serangga pun belum memberikan hasil yang signifikan. Meski demikian, jamur Metarhizium anisopliae merupakan salah satu pathogen serangga yang telah diteliti awalnya dinilai mampu mengendalikan pertumbuhan uret. “Belum ada penelitian yang lebih lanjut yang menyatakan bahwa jamur M. anisopliae mampu menekan pertumbuhan L. stigma,” ujarnya.
Untuk itulah, Tri Harjaka melakukan penelitian dengan judul “Bioekologi Lepidiota Stigma dan Pengendaliannya dengan Metarhizium Anisopliae”. Penelitiannya ini dilaksanakan sejak tahun 2009 sampai 2013 di Laboratorium Pengendalian Hayati Fakultas Pertanian UGM, halaman rumput di seputaran kampus UGM, dan lahan pertanaman tebu di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kepekaan stadia L. stigma terhadap infeksi jamur patogen serangga ia lakukan dengan memelihara telur, larva instar pertama, larva instar kedua, dan larva instar ketiga pada tanah yang diperlakukan dengan jamur M. anisopliae konsentrasi 107 spora/g. Selanjutnya jamur M.anisopliae diuji di pertanaman tebu menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan lima perlakuan dan tiga blok sebagai ulangan. Jamur diaplikasikan dengan dosis 10 kg/hektar dengan tambahan 10 kg pada empat bulan setelah tanam dan tambahan lagi 10 kg saat tebu berumur enam bulan. Sebagai pembanding digunakan perlakuan insektisida diazinon 10 G dosis 25 kg/ha dan tanpa perlakuan pestisida maupun jamur sebagai kontrol.
Hasil penelitiannya menunjukkan aplikasi jamur Metarhizium anisopliae PH04 dapat menurunkan populasi larva L. stigma di pertanaman tebu dan meningkatkan hasil panen lebih dari 60%. Jamur dapat bertahan di pertanaman lebih dari enam bulan sehingga berpotensi mengendalikan L. stigma dalam jangka panjang. (Humas UGM/Izza)