Fenomena gunung es kasus penyalahgunaan NAPZA menjadi permasalahan bangsa. Peningkatan jumlah penyalahgunaan NAPZA yang tercatat Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) menjadikan penyalahgunaan NAPZA sebagai permasalahan kompleks yang melibatkan individu, kelompok, dan masyarakat.
“Kompleksitas masalah ini dapat dikelompokan menjadi faktor internal maupun eksternal,” papar Eny Purwandari, M.Si pada ujian terbuka program doktor Fakultas Psikologi UGM, Senin (26/1) di Fakultas Psikologi.
Dalam disertasinya berjudul “Model Kontrol Sosial Perilaku Remaja Berisiko Penyalahgunaan Napza”, Eny mengatakan penelitiannya tersebut lebih menekankan faktor-faktor eksternal, yaitu keluarga, teman sebaya di sekolah dan komunitas. Faktor-faktor eksternal itu mempunyai sifat mudah berubah. Oleh karena itu, faktor-faktor eksternal akan dikelola sebagai sebuah sistem kontrol berdasarkan setting-nya masing-masing, yaitu kontrol sosial dalam keluarga, sekolah atau kelompok teman sebaya.
“Faktor-faktor eksternal ini meliputi kelekatan ayah-anak, kelekatan ibu-anak, keyakinan adanya aturan luar yang berlaku, komitmen dari sekolah, keterlibatan kegiatan mengisi waktu luang, kelekatan teman sebaya dan perilaku merokok,” imbuh dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta itu.
Penelitian ini dilakukan terhadap remaja dengan status siswa SMA/SMK di Kabupaten Sragen yang aktif di tahun ajaran 2013/2014, dengan kriteria inklusif subjek yaitu: status akademik 2013/2014 di kelas XI, kedua orang tua (ayah dan ibu) masih hidup, dan terindikasi berisiko penyalahguna NAPZA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa muncul saling keterkaitan antara faktor-faktor eksternal yang terdiri dari kelekatan ayah-anak, kelekatan ibu-anak, komitmen sekolah, keyakinan adanya aturan luar, keterlibatan kegiatan waktu luang, kelekatan teman sebaya, dan perilaku merokok yang membentuk model kontrol sosial perilaku remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA.
“Perilaku remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA dapat diprediksi dari keterlibatan kegiatan waktu luang dan perilaku merokoknya,” katanya.
Melihat hasil penelitiannya itu Eny berharap seluruh elemen stake holder dapat berperan pada antisipasi kasus risiko penyalahgunaan NAPZA. Fungsi kontrol sosial kasus perilaku remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA perlu ditingkatkan, sehingga membentuk sistem kontrol sosial yang menyeluruh, kolaborasi antara sekolah, keluarga dan komunitas. (Humas UGM/Satria)