Miopia adalah kelainan refraksi yang berciri sinar dari jarak tak terhingga masuk ke dalam mata dibiaskan dan jatuh di depan retina. Kelainan refraksi ini menempati urutan ke-3 penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia. “Prevalensi miopia tinggi cenderung meningkat dan hal ini perlu mendapat perhatian karena 30-70 persen penderita miopia tinggi berkaitan kelainan di retina dan koroid,” papar Fifin Luthfia Rahmi pada ujian terbuka program doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran UGM, Selasa (27/1).
Pada disertasinya berjudul “Respon Antibodi terhadap Protein Retina pada Miopia Dibandingkan dengan Emetropia dan Glaukoma Sudut Terbuka Primer”, Fifin menjelaskan bahwa miopia aksikal ditengarai merupakan salah satu faktor risiko glaukoma sudut terbuka primer (GSTaP). GSTaP adalah suatu sindroma yang ditandai dengan neuropati optik glaukomatosa dan degenerasi progresif serabut saraf retina (SSR) disertai defek lapak pandang yang khas dengan etiologi tidak diketahui dan sudut iridokornealis terbuka. “Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbesar ke dua setelah katarak namun berbeda dengan katarak, kebutaan ini bersifat permanen,” tutur staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran UNDIP tersebut.
Menurut Fifin penelitian yang dilakukannya ini bertujuan menganalisis dan membandingkan respon antibodi terhadap protein retina pada miopia dibandingkan dengan emetropia dan GSTaP, dan mencari protein retina yang berpotensi menjadi penanda biologis degenerasi glaukomatosa. Subjek penelitian terdiri dari kelompok emetropia, miopia, miopia dengan GSTaP, dan GSTaP. Subjek yang didapat terdiri dari 43 subjek emetropia, 43 subjek miopia, 37 subjek miopia dengan GSTaP dan 37 subjek GSTaP. “Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan respon imun antara subjek kelompok miopia dengan subjek kelompok emetropia, kelompok miopia+ GSTa dan kelompok GSTaP,” tegas Fifin.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan respon antibodi subjek penelitian terhadap protein retina kelompok miopia berbeda dengan subjek dari kelompok emetropia pada protein dengan BM (berat molekul) < 35 kDa (kilo Dalton) dan berbeda dengan respon antibody subjek kelompok miopia+ GSTaP dan kelompok GSTaP pada protein dengan BM 40 kDa. Selain itu ketebalan serabut syaraf retina (SSR) dan status ada atau tidak GSTaP paling banyak memperlihatkan korelasi dengan respon autoantibodi terhadap protein retina. (Humas UGM/Satria)