Heri Santoso, S.S., M.Hum., dosen Fakultas Filsafat sekaligus peneliti pada Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM berhasil meraih gelar doktor usai melangsungkan ujian terbukka program doktor dari Fakultas Filsafat UGM, Jumat (30/1). Dalam kesempatan itu, Heri berhasil mempertahankan disertasi yang mengkaji tentang nilai-nilai ke-UGM-an sebagai landasan filosofis pengembangan ilmu.
Di hadapan tim penguji, pria kelahiran Yogyakarta 43 tahun silam ini mengatakan bahwa dunia pendidikan di tanah air saat ini tengah mengalami krisis identitas atau jati diri dan krisis landasan filosofis dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga revitalisasi jati diri perguruan tinggi sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencari solusi terhadap krisis yang mendera bangsa.
Heri menyampaikan fenomena krisis ilmu ini rupanya juga dirasakan sejumlah ilmuan di UGM. Seperti yang diungkapkan Guru Besar Fisipol UGM Prof. Purwo Santoso yang melihat gejalanya masih minimnya kontribusi ilmuan dalam pengembangan ilmu, baik dalam tataran teoritik maupun metodologis. Demikian halnya dengan Prof. Pratikno yang melihat bahwa masih ada indikasi hegemoni Barat dalam dunia keilmuan sehingga Indonesia belum memiliki kemandirian secara keilmuan.
Melihat fenomena tersebut, Heri tergerak meneliti hakikat nilai-nilai ke-UGM-an sebagai upaya revitalisasi jati diri UGM. Hasil penelitian yang dilakukkannya menunjukkan bahwa hakikat nilai-nilai ke-UGM-an apabila ditinjau dari filsafat nilai merupakan sifat yang membuat sesuatu menjadi berharga, dijunjung tinggi, dan layak diupayakan perwujudannya sebagai pemandu dan pengarah hidup. Nilai tersebut berfungsi memberi arah, tujuan, dan makna bagi diri dan keseluruhan hidup sivitas akademika UGM, sekligus membantu identitas diri dan menentukan nasib.“Nilai-nilai ke-UGM-an memiliki ciri khas jika ditinjau dari arti, fungsi, eksistensi, klasifikasi, karakteristik, hirearki, dan kriteria penentuan hirarki nilai,”tuturnya.
Konsep aktualisasi nilai-nilai ke-UGM-an sebagai landasan filosofis pengembangan ilmu secara umum, kata dia, telah dirintis oleh para ilmuan UGM melalui konsep Pancasila sebagai pegangan, orientasi, dan paradigma pengembangan iptek. Karakteristik landasan pengembangan ilmu tersebut salah satunya adalah mengangkat persoalan ke-Indonesia-an yang digagas dan dikembangan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia dan dunia. Kemudian pada landasan ontologis ilmu, memahami perbedaan pendapat antara paham matrealisme dan spiritualisme tentang objek ilmu dan menempatkan keduanya dalam bingkai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berikutnya, pada landasan epistemologis ilmu yakni menghargai rasio dan empirisebagai sumber ilmu pengetahuan dengan tidak mengabaikan potensi kebenaran yang berasal dari wahyu, otoritas tokoh yang terpercaya, intuisi, serta konsensus. Sementara pada landasan aksiologis ilmu mengakui pertautan antara ilmu dan nilai-nilai Pancasila serta kebudayaan Indonesia seluruhnya. Dalam pengembangan ilmu dilakukan dengan menjunjung tinggi kebebasan dan tanggung jawab akademik serta dikmebangkan menjaid lebih objektif dan universal. “Tujuan pengembangan ilmu berdasarkan nilai-nilai ke-UGM-an adalah demi keadaban, kemanfaatan, dan kebahagiaan kemanusiaan. Lalu sikap ilmuan bercirikan ilmuwan Pancasialis,”terangnya.
Heri berharap hasil penelitian yang telah dilakukannya dapat ditindaklanjuti dalam kebijakan kelembagaan, khususnya dalam menata ulang nilai-nilai kelembagaan. Dengan begitu akan berpengaruh untuk merefleksi dan merekonstruksi sitem, struktur, dan kultur UGM agar lebih sesuai dengan nilai-nilai ke-UGM-an. (Humas UGM/Ika)