YOGYAKARTA – Muhammadiyah adalah salah satu organisasi islam di Indonesia yang didirikan 1912 dan saat ini mengelola sebanyak 76 rumah sakit dan 381 klinik, termasuk klinik bersalin. Meski demikian, dari 76 rumah sakit tersebut diketahui masih terdapat adanya perbedaan dalam model pengelolaan rumah sakit sebagai amal usaha Muhammdiyah sehingga berdampak pada standar pelayanan yang tertintegrasi dan menyeluruh.
Penelitian yang dilakukan pada sembilan RS Muhamamdiyah di Jawa Timur dan sembilan RS Muhammadiyah di Jawa Tengah diketahui terdapat perbedaan dalam kinerja rumah sakit. Berdasarkan hasil analisis kinerja, RS Muhammadiyah di Jawa Timur jauh lebih berkembang dibanding RS Muhammadiyah di Jawa Tengah. Pasalnya, sistem manajemen terpadu yang diterapkan pada rumah sakit di Jawa Timur ternyata berkembang lebih maju dibanding di Jawa tengah yang lebih menerapkan manajemen otonomi.
“Di Jawa Timur, manajemen terpadu Rumah Sakit Muhammadiyah dapat meningkatkan daya saing rumah sakit karena adanya koordinasi, kebersamaan, kesatuan dan pembinaan antara yang rumah sakit yang kuat dan besar serta yang lemah dan kecil,” kata Dosen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta, dr. Natsir Nugroho, Sp.OG, M.Kes, dalam ujian terbuka promosi doktor di Auditoirum Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (7/2). Bertindak selaku promotor Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., dan Ko-promotor Dr. Sampurno, Apt., M.M.
Natsir yang fokus meneliti laporan kinerja rumah sakit periode 1998-2000 dengan periode 2007-2009, diketahui tata kelola manajemen terpadu di rumah sakit Muhammadiyah di Jawa Timur menggunakan rantai nilai rumah sakit Muhammadiyah berupa aspek pra pelayanan, pelayanan dan pasca pelayanan sehingga dibuat dalam bentuk kebijakan, pedoman, standar, untuk menjadi pembelajaran dan panduan bagi rumah sakit muhammadiyah yang disesuaikan dengan keunggulan masing-masing.
Selain itu, kata Natsir, pembenahan rumah sakit Muhamamdiyah di Jawa Timur melalui koordinasi dengan pimpinan wilayah dan jajarannya di tingkat bawah. Bahkan dukungan dari induk organisasi sangat menentukan dalam upaya pembenahan tata kelola.
Natsir menambahkan, pembagian tugas dan wewenang dalam jajaran kepemimpinan persyarikatan sangat membantu keberhasilan perbaikan dan peningkatan program. Namun yang tidak kalah penting, katanya, fungsi Badan Pengawas yang diintegrasikan ke dalam kepemimpinan di beberapa rumah sakit. (Humas UGM/Gusti Grehenson)