Pengembangan roket di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang selama ini menggunakan data dari Global Positioning System (GPS) dinilai memiliki kelemahan. Sebabnya, pada ketinggian tertentu data-data dari GPS menghilang.
Menurut Satria Gunawan Zain, Dosen Program Studi PTIK, Universitas Negeri Makassar dengan mengandalkan data-data yang bersumber pada data GPS menjadikan pengembangan roket di Indonesia selama ini terhambat. Bahkan secara teknologi, Indonesia harus bergantung pada negara lain.
“Karena itu dari desertasi ini, diharapkan bisa dimanfaatkan, sekaligus menghadirkan kajian baru dalam sistem estimasi pergerakan roket dengan memanfatkan antena Yagi-Uda. Di LAPAN untuk tracking posisi roket bisa menggunakan Array Antena Yagi-Uda,” ujarnya di KPTU Fakultas Teknik UGM, Rabu (11/2) saat menjalani ujian terbuka program doktor Bidang Ilmu Teknik Elektro.
Dalam ujiannya, promovendus mempertahankan disertasi “Array Antena Yagi-Uda untuk Estimasi Posisi Gerakan Roket” dengan didampingi promotor Prof. (Rmr). Adhi Susanto, M.Sc., Ph.D, Prof. Dr. Ir. Thomas Sri Widodo, DEA (Alm) dan Dr. Eng. Wahyu Widada, B.Eng., M.Sc. Promovendus berharap hasil penelitiannya dapat diterapkan untuk sistem pertahanan nasional dan komersial, seperti sistem navigasi udara pada roket dan pesawat atau pesawat aerobatik.
Satria Gunawan menjelaskan Array Antena Yugi-Uda merupakan metode baru dalam estimasi sudut azimut dan elevasi secara bersamaan. Bahwa algoritma yang dikembangkan telah diujikan pada simulasi gerak terbang roket 3D.
Metode perhitungan posisi koordinat roket berdasarkan pada pengukuran sudut azimut dan sudut elevasi di dua stasiun pengukuran yang berbeda dapat digunakan dengan waktu proses sebesar 36,49 milidetik. “Dengan waktu proses tersebut maka sistem estimasi pergerakan roket RX-100 setiap 20,72 m; RX-320 setiap 30,84 m; RX-450 setiap 54,85 m; dan RX-550 setiap 85,33 m. Waktu yang lebih singkat dapat diperoleh dengan menggunakan prosesor komputer yang lebih cepat,” katanya. (Humas UGM/ Agung)