Kerja layak telah menjadi kebutuhan dalam industri pariwisata. Kerja ini telah mampu menjamin kebutuhan diri pekerja, keluarga dan dunia sosialnya secara layak, produktif, dan sejahtera. Persoalan konsep kerja layak dari ILO misalnya mempromosikan argumentasinya bahwa kerja merupakan pusat kesejahteraan.
“Sayangnya, meskipun kerja layak menjadi perhatian internasional, namun sangat sedikit penelitian empiris yang secara spesifik menganalisis isu kerja layak di industri pariwisata,” papar Bambang Suharto dalam ujian terbuka program doktor Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (27/2).
Pengajar di Universitas Negeri Gorontalo ini mempertahankan disertasinya yang berjudul “Kerja Layak dalam Industri Pariwisata (Studi Tentang Pola, Efek, dan Model Kerja Layak di Kedonganan dan Jimbaran, Bali)”.
Bambang mengatakan berbagai jenis usaha di industri pariwisata diyakini dapat melakukan praktik kerja layak yang lebih mampu menyejahterakan karena dibangun dengan asumsi bahwa akumulasi modal didapat dari perhatian pengusaha terhadap kesejahteraan pekerja. Pekerja menjadi bagian kualitas yang mendatangkan bisnisnya yang berbeda dengan industri lain, seperti pabrikan, pertambangan, atau perkebunan.
“Faktanya penentuan upah minimum yang mengacu pada kebutuhan hidup layak pekerja dengan pengusaha banyak diwarnai permasalahan,” katanya.
Lokasi penelitian ini mengambil lokasi di Desa Jimbaran-Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Bandung, Bali. Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi antara lain ada perbedaan di kedua desa ini yang bisa diperbandingkan, yaitu di lokasi Kedonganan menunjukkan bahwa peran desa adat atau pemerintah desa sangat dominan dalam pengelolaan pariwisata. Sementara itu di Jimbaran, peran pemerintah dan investor lebih dominan dalam pengelolaan pariwisata.
“Karakteristik pekerja di dua lokasi ini cukup heterogen, yaitu berasal dari berbagai daerah bahkan warga asing,” tambahnya.
Hasil penelitian yang dilakukan Bambang menunjukkan bahwa melalui kerja layak ini terbukti memberikan efek terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Peningkatan kunjungan wisatawan ini sekaligus mengakibatkan peningkatan pendapatan dan daya tarik investor untuk terus menanamkan modalnya di Kedonganan-Jimbaran. Selain itu, kerja layak pada beberapa aspek seperti gaji (upah) terbukti signifikan terhadap pencapaian kesejahteraan para pekerja karena mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
“Inti temuan penelitian ini adalah pariwisata kesejahteraan atau di Bali disebut yastra jagaditha,” imbuh Bambang.
Di akhir paparan Bambang mengatakan bahwa dominasi usaha industri pariwisata di Kedonganan dan Jimbaran mendorong perubahan wujud kerja layak dari kaku ke luwes dan berpola harmonis. Efek kerja layak 68% terhadap perkembangan industri pariwisata mampu berkontribusi terhadap kesejahteraan pekerja, pengusaha dan pemerintah. (Humas UGM/Satria)