Universitas Gadjah Mada, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Perum Perhutani melakukan panen padi bersama di lahan hutan Desa Pakuncen, Banyumas Jateng, Kamis (5/3). Secara simbolis, panen bersama dilakukan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, S.H., M.IP, dan Dirut Perum Perhutani, Dr. Mustoha Iskandar.
“Dengan lahan tadah hujan begini saja, luar biasa hasilnya. Karena Inpago 5 adalah varietas tahan wereng, maka hasilnya bisa mencapai 5 – 6 ton per hektar. Padahal sebelumnya paling hanya 3 ton,” kata Ganjar Pranowo.
Menurut Ganjar, bila semua bisa diintegrasikan maka banyak lahan bisa fungsikan. Pemerintah Provinsi mensosialisasikan, perguruan tinggi siap mendampingi dengan ilmu pengetahuan dan Perhutani siap dengan lahannya.
Maka tinggal, siapa yang akan mengerjakan. Jika simbiosa mutualis seperti ini berjalan, maka semua lahan milik Perhutani bisa dimanfaatkan.
“Tapi kayu-kayu yang ditanam Perhutani jangan dicuri. Inilah manfaat yang bisa diberikan pada masyarakat dengan cara-cara seperti ini. Dengan demikian target untuk peningkatan produksi, bisa kita dorong dengan intesifkan lahan-lahan yang dimiliki oleh perhutani. Soal masyarakat ingin mengembangkan ditempatnya tinggal dibantu saja,” imbuhnya.
Wawan Triwibowo, S.Hut, MP Administratur/KKPH Banyumas Timur menyatakan luas lahan yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk bertani di pakuncen, Banyumas sebanyak 44 hektar. Jenis padi yang ditanam adalah Inpago 5 dan Situbagendit.
“Ini merupakan program integrated farming system yang diinisiasi UGM, Pemprov Jateng dan Perum Perhutani dalam mendukung ketahanan pangan dan mewujudkan kedaulatan pangan di Provinsi Jawa Tengah,” ujar Wawan.
Wawan mengungkapkan, petani hutan selama ini adalah masyarakat yang terpinggirkan. Dengan memperoleh perhatian, lahan dan juga benih serta pupuk, mereka bisa menghasilkan padi gogo yang luar biasa.
Produktivitas Inpago 5 bisa mencapai 5,4 ton per hektar, sementara untuk situbagendit bisa 5,6 ton per hektar,” katanya.
Bagi Wawan, panen padi gogo kali ini sebuah capaian yang luar biasa. Sebab di tahun sebelumnya gagal total, karena terserang hama wereng.
“Melalui pendampingan semua hama sudah tidak ada. Selain itu masyarakat pun kini melakukan upaya-upaya pemanfaatan di bawah tanaman tegakan, seperti menanam jahe seluas 5 hektar bantuan dari Dinas Kehutanan Provinsi, termasuk juga penanaman HMP (Hijauan Makanan Ternak) yaitu dengan menanam rumput gajah,” ungkapnya.
Dr. Jamhari, S.P., M.P, dekan Fakultas Pertanian UGM menyatakan peran nyata UGM adalah dalam pendampingan petani. Sebab dari sisi anggaran sudah dilakukan Pemerintah Provinsi Jateng dan lahan dari Perum Perhutani.
“Jadi kegiatan ini diawali oleh MoU antara Perhutani dengan UGM dan Pemprov Jawa Tengah. Secara nyata, kita hanya memilihkan saja benih yang cocok. Varietas-varietas yang di keuarkan pemerintah sudah banyak, kita cuma memilihkan saja yang cocok, nah yang cocok untuk lahan kering ini, ya padi gogo,” kata Dekan.
Pendampingan dimulai dengan menyiapkan benih dan secara rutin dua kali sebulan turun ke lapangan. UGM dalam hal ini menerjunkan tim tim teknis, yang merupakan kombinasi fakultas agro komplek, yaitu Kehutanan, Pertanian, Teknologi Pertanian, Peternakan, dan Kedokteran Hewan.
“Saat ada hama, ada ahli hama yang datang kesini. Tapi terus terang yang memicu adalah adanya MoU itu. Jadi ketika ekstensifikasi, perluasan lahan sawah tidak mungkin, maka kita memanfaatkan lahan dibawah tegakan hutan, dan potensinya luar biasa,” papar Dekan Faperta UGM.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Satyawan Pudyatmoko menyambut baik program integrated farming sistem. Dengan program ini, komunitas hutan masih bisa memanfaatkan kayu-kayunya dan lingkungan terjaga.
Dengan jarak tanam 4 x 4 merupakan jarak yang lebar, maka alokasi lahan bisa dipergunakan untuk kepentingan pertanian. Fakultas Kehutanan dan Perum Perhutani pun bisa mengembangkan jenis jati-jati unggul dan pinus unggul yang memiliki manfaat ekonomi tinggi.
“Dari segi Iptek, maka dengan jarak tanam lebih lebar, alokasi lahan bisa dipergunakan untuk banyak pertanian, tetapi produksi hasil-hasil hutannya tidak menurun”, papar Satyawan.
Sedangkan dari sisi pengelolaan hutan secara umum, Perum Perhutani yang menguasai hutan-hutan di Jawa kurang lebih 2 juta hektar diharapkan memperluaskan akses lahan ke masyarakat. Karena itu dengan payung hukum yang jelas dan integrated farming sistem (IFS), petani di Perum Pehutani diharapkan tidak hanya menggarap lahan hanya selama satu atau dua tahun, namun kontinyu.
“Dengan IFS dan payung hukum yang jelas, kita semua berharap petani bisa mendapatkan lahan secara semi permanen. Artinya dia mendapatkan penghasilan yang relatif kontinyu, tidak hanya setahun lantas berhenti,” pungkas Satyawan.
Turut hadir dalam panen raya ini, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni, Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M dan Bupati Banyumas, Ir. H. Achmad Husein. Panen raya diwarnai pemberian bantuan 50 ekor kambing dari Pemprov Jateng, Perum Perhutani dan UGM. (Humas UGM/ Agung)