Keberadaan ikan di Sungai Serayu, Banyumas, dalam kondisi memprihatinkan. Kondisi tersebut disebabkan karena penangkapan ikan di Sungai Serayu yang dilakukan oleh para nelayan sudah termasuk kategori berlebihan. Penangkapan ikan hanya bermotif ekonomi dan tidak menghiraukan faktor pelestarian.
“Banyak nelayan yang bukan berasal dari sekitar Sungai Serayu. Mereka menyatakan bahwa mengambil ikan di sana semata-mata sebagai pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan,” papar Susanto dalam ujian terbuka program doktor Fakultas Biologi UGM, Sabtu (7/3).
Dalam disertasinya yang berjudul “Komunitas Ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas”, Susanto menjelaskan bahwa nelayan tidak melakukan seleksi terhadap ikan hasil tangkapan, baik berdasarkan spesies maupun ukuran ikan, sehingga semua ikan yang mereka dapatkan diambil untuk dijual. Keadaan ini menunjukkan bahwa penangkapan ikan di Sungai Serayu yang dilakukan oleh para nelayan tidak mempertimbangkan faktor pelestarian.
“Ini menyebabkan spesies ikan yang hidup di Sungai Serayu sangat sedikit yang mampu mencapai usia dewasa, sehingga ikan yang didapatkan sebagian besar merupakan ikan muda,” tutur staf pengajar di Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purwokerto tersebut.
Menurut Susanto disadari atau tidak setiap kegiatan pemanfaatan sumberdaya dapat mengakibatkan gangguan yang mendorong terjadinya perubahan ekosistem pada skala tertentu. Pemanfaatan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip ekosistem dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan tatanan ekosistem serta penurunan daya dukung lingkungan.
Penangkapan ikan secara berlebihan yang terjadi di Sungai Serayu dapat menyebabkan berkurangnya kemelimpahan dan keanekaragaman spesies ikan sehingga menurunkan kualitas komunitas ikan.
“Penangkapan ikan yang dilakukan tanpa seleksi, baik dalam hal ukuran maupun waktu penangkapan mengakibatkan ikan-ikan muda tidak dapat tumbuh maksimal dan mencapai usia dewasa,” imbuhnya.
Di akhir paparan Susanto berharap agar dilakukan peningkatan kualitas komunitas ikan oleh pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan atas pengelolaan Sungai Serayu bersama-sama dengan masyarakat. Kewenangan dalam pengelolaan Sungai Serayu harus memberikan perhatian dan perlindungan serius terhadap komunitas ikan di dalamnya. Pemikiran local wisdom (kearifan lokal) seperti ditunjukkan oleh penduduk yang tinggal disekitar lokasi penelitian, patut dicontoh oleh masyarakat luas khususnya para nelayan penangkap ikan di Sungai Serayu. Mereka mengambil ikan di sungai sekedar yang dibutuhkan, tidak menggunakan alat tangkap masal dan dilakukan tidak sepanjang tahun tetapi hanya pada waktu tertentu, yaitu pada mangsa kapapat (akhir musim kemarau awal musim hujan). (Humas UGM/Satria)