YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Shizuoka University, Jepang sepakat menjalin kerja sama dalam bidang pengembangan Education for Sustainable Development (ESD) atau pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan yang berlangsung di kampus UGM belum lama ini. Kerja sama tersebut dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM Prof. Dr. Suratman, M.Sc., Dekan Fakultas Pendidikan Shizouka University Prof. Oshamu Omizawa, disaksikan oleh Koordinator Nasional ESD Indonesia Prof. Ir. Noor Endah Mochtar.
Prof. Oshamu Omizawa mengatakan pihaknya ingin menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) karena tertarik dengan program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM. “KKN ini sangat menarik, menurut saya KKN bisa menjadi inti dari ESD,” kata Omizawa.
Omizawa menyampaikan pihak Shizuoka University berencana akan memasukkan konsep KKN dalam kurikulum pendidikan pada tahun 2016 dengan mengadakan perubahan dengan menggabungkan konsep ESD dan pendidikan di abad ke-21. “Kami harus merubah segalanya dalam sistem pendidikan kami. Namun yang paling penting adalah mendidik dosen yang akan mengajarkan kepada anak – anak,” ungkapnya.
Prof. Suratman mengatakan kegiatan KKN memang dipelopori oleh UGM. Sampai saat ini kegiatan KKN terus dilaksankan dengan menerjunkan 7500 mahasiswa setiap tahunnnya ke seluruh pelosok tanah air. Meski begitu, Suratman menuturkan konsep KKN menyelaraskan filosofi konsep pendidikan DIY, yakni Hamemayu Hayuning Bawono. Suratman menambahkan, ada tiga prinsip yang dipegang dalam filosofi tersebut, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan manusia. “Saya berharap rekan- rekan dari Jepang juga bisa mempelajari Hamemayu Hayuning Bawono merupakan konsep ESD dari masyarakat DIY,” tandasnya.
Koordinator Nasional ESD Prof. Ir. Noor Endah Mochtar mengatakan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dapat dilakukan melalui pendidikan. Konsep pembangunan berkelanjutan, kata Noor sangat mengandung nilai budaya lokal untuk diangkat dan diterapkan di dalam pembangunan berkelanjutan. “Pembelajaran dalam ESD tidak hanya di kelas saja, tetapi bisa melalui lingkungan dan kebiasaan sehari-hari,” pungkasnya. (Humas UGM/Titis)