Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) saat ini masih menjadi prioritas program kesehatan di Indonesia. Bidan sebagai pemberi asuhan kebidanan memiliki posisi strategis untuk berperan dalam upaya percepatan penurunan AKI dan AKB.
Karena itu, bidan harus memiliki kualifikasi yang diilhami oleh filosofi asuhan kebidanan yang menekankan asuhannya terhadap perempuan (women centred care). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualifikasi bidan tersebut dengan menerapkan model asuhan kebidanan yang berkelanjutan (Continuity of Care/ CoC) dalam pendidikan klinik.
Menurut Yanti, SST., M.Keb dosen di AKBID Estu Utomo Boyolali, CoC sebagai model pembelajaran klinik kebidanan, hanya bisa dilakukan apabila siswa bersama perempuan dan bidan pembimbing dalam rentang waktu yang disesuaikan dengan rentang waktu seorang perempuan yang mengalami kehamilan, melahirkan hingga masa nifas. Kesempatan belajar memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan hanya dapat diperoleh apabila siswa ditempatkan bersama bidan komunitas (BPM atau bidan desa)
Guna memfasilitasi siswa dalam pembelajaran klinik kebidanan yang sejalan dengan filosofi asuhan kebidanan model CoC, maka diperlukan model pembelajaran yang disesuaikan baik dari rancangan waktu, pengaturan penempatan siswa, peran pembimbing akademik, peran pembimbing lahan (bidan klinik), tugas siswa, maupun sistim penilaian dan evaluasinya. Dengan demikian menjadi sangat penting mempersiapkan siswa, bidan dan dosen untuk memahami CoC dalam pembelajaran klinik kebidanan.
“Dari uji coba model program praktik klinik selama 6 bulan dengan menggunakan perlakukan model PKK-CoC dan kelompok kontrol model target khusus, implementasi model pembelajaran klinik kebidanan CoC terbukti dapat meningkatkan pemahaman terhadap filosofi asuhan kebidanan women centred care lebih baik pada kelompok perlakukan dibandingkan pada kelompok kontrol target khusus. Skor pemahaman kelompok perlakuan dengan model PKK-CoC lebih tinggi untuk keseluruhan aspek filosofi asuhan kebidanan dibanding kelompok kontrol dengan model target khusus”, katanya di KPTU Fakultas Kedokteran UGM, Jum’at (13/3) saat menjalani ujian terbuka guna meraih gelar doktor bidang ilmu kedokteran dan kesehatan.
Dikatakan Yanti, dari hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian campuran (mixed method), yaitu secara kualitatif dan kuantitatif, maka pada implementasi model pembelajaran klinik CoC, terdapat peningkatan perhatian bidan dalam membimbing siswa dibanding pada model target khusus. Selain itu ada peningkatan kepuasan perempuan sebagai mitra belajar siswa terhadap asuhan kebidanan yang diberikan oleh siswa pada implementasi model pembelajaran klinik CoC dibanding model target kasus.
“Implementasi model pembelajaran klinik CoC, dapat dievaluasi melalui luaran bahwa tidak terjadi kematian (zero maternal mortality), dari 108 ibu hamil yang menjadi kasus dan1 kematian neonatus akibat persalinan prematur. Karena itu model CoC dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya untuk akselerasi penurunan AKI dan AKB di Indonesia”, tutur perempuan kelahiran Semarang, 12 Agustus 1975. (Humas UGM/ Agung)