YOGYAKARTA – Jumlah dokter di Indonesia mencapai 90.000 orang. Meski dengan jumlah tersebut, rasio dokter di Indonesia sudah dianggap ideal dengan rasio 1:2500, artinya sudah tersedia sekitar 90 ribu dokter di layanan primer di antara 250 juta penduduk. Kekurangannya hanya sekitar 10 ribu dokter yang dapat dipenuhi dalam waktu 1-2 tahun mendatang.
Meski jumlah rasio dokter mencapai angka ideal, namun di tingkat layanan primer, kemampuan dokter dalam mengelola penyakit secara mandiri ternyata masih sangat rendah. Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM dr. Wahyudi Istiono, M.Kes., baru-baru ini meneliti kemampuan 184 dokter yang bekerja di layanan primer di delapan kabupaten/kota sekaligus diantaranya Bontang, Kepulauan Riau, Kota Yogyakarta, Sleman, Kediri, Kabupaten Alor, dan Gianyar, Bali. “Tingkat kemampuan mengelola penyakit secara mandiri terdistribusi dari 15,5% hingga 55,5%. Hal ini menujukkan kualitas pelayanan dokter di layanan primer masih memprihatinkan,” kata Wahyudi dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Senin (30/3).
Wahyudi mengatakan rendahnya kemampuan dokter mengelola penyakit secara mandiri disebabkan kurangnya pemahaman dan pelatihan prinsip-prinsip layanan primer yang berpusat pada pasien serta minimnya dukungan fasilitas layanan kesehatan primer. “Semua faktor ini menyebabkan ketidakmandirian dokter yang bekerja di layanan primer dan mengandalkan rujukan ke layanan sekunder dan tersier,” katanya.
Menurut Wahyudi, dari penelitiannnya ini diketahui kemandirian dokter dalam mengelola penyakit di layanan primer lebih rendah dari kemampuan maksimal yang diharapkan sesuai dengan standar kompetensi dokter Indonesia.
Selain itu, kata Wahyudi, dokter yang bekerja di fasilitas kesehatan tingkat pertama ini juga menghadapai kondisi kondisi geografis, otonomi daerah, antropologi penduduk, epidemiologi penyakit, dan ketersediaan sumber daya manusia profesional.
Untuk mendukung kemampuan para dokter yang bekerja di sector layanan primer, Wahyudi merekomendasikan agar segera dilakukan perbaikan kualitas manajemen pelayanan, standarisasi fasilitas, penyediaan sarana dan prasarana kesehatan. Dokter yang bekerja di layanan primer menurutnya merupakan ujung tombak dalam sistem pelayanan kesehatan berjenjang dan bersinergi serta diharapkan mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter spesialias. (Humas UGM/Gusti Grehenson)