Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman Mohammad Fachir menilai hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Mesir timpang. Indonesia selama ini selalu memandang Mesir penting, sebaliknya Mesir hanya memandang sebelah mata terhadap Indonesia.
“Ini bukti bahwa hubungan Indonesia-Mesir yang berlangsung selama ini tidak seimbang dan berat sebelah,” papar Fachir saat ujian terbuka doktor Program Studi Agama dan Lintas Budaya Minat Kajian Timur Tengah, Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (5/5). Pada kesempatan itu Fachir mempertahankan disertasinya berjudul “Ketimpangan Hubungan Indonesia-Mesir 1950-2010: Kajian Resiprositas”.
Fachir menjelaskan ketimpangan ini muncul saat Indonesia telah meraih hasil dari perjuangannya untuk mendapatkan pengakuan internasional sebagai syarat sahnya negara yang merdeka. Padahal, Mesir tercatat sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Mesir juga negara pertama yang menandatangani perjanjian persahabatan dengan Indonesia yang diikuti dengan pembukaan perwakilan di Kairo dan Jakarta tahun 1950/1951.
Fachir mencontohkan kedekatan hubungan antara Indonesia dan Mesir juga belum tercapai secara maksimal saat Mesir dipimpin oleh Anwar Sadat. Kebijakan Anwar Sadat untuk berdamai dengan Israel ditentang oleh seluruh bangsa Arab.
“Usaha Indonesia untuk membantu Mesir melobi negara anggota OKI untuk tidak membekukan keanggotaan Mesir, juga gagal,”kata mantan Duta Besar Indonesia di Kairo itu.
Selain itu, pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri kedua negara ikut menyumbang ketimpangan hubungan antara Indonesia dan Mesir. Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi ketimpangan kedua negara lainnya, yaitu tingginya kuantitas mahasiswa Indonesia yang belajar di Al Azhar serta superioritas image Al Azhar sebagai pusat ilmu pengetahuan Islam.
Meskipun melihat ketimpangan hubungan diplomatik Indonesia-Mesir, Fachir melihat ada beberapa solusi yang bisa dilakukan. Selain menggalakan kembali diplomasi publik, perlu ditingkatkan kembali diplomat Indonesia yang ditugaskan di Mesir.
“Jangan lupa promosi wisata Indonesia harus gencar dilakukan pula,” terang Fachir.
Nampak hadir dalam ujian terbuka tersebut Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marsudi serta Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc.Ph.D. (Humas UGM/Satria)