Auliantya Ayurin Putri, mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi UGM berhasil memenangkan kompetisi ESRI Young Scholar Indonesia 2015 yang diselenggarakan pada 27 April 2015 di Jakarta. Atas prestasinya itu, ia mendapat kesempatan untuk menghadiri ESRI International User Conference yang akan dihelat di San Diego, California, Amerika Serikat pada 20-24 Agustus 2015 mendatang. ESRI Young Scholars Award merupakan kompetisi tahunan yang di adakan oleh ESRI Inc di sejumlah negara di berbagai belahan dunia. Kompetisi ini diperuntukkan bagi mahasiswa program sarjana maupun pascasarjana yang menekuni dunia geospasial dan informasi spasial lainnya.
Ayin, demikian biasanya ia disapa, mengatakan bahwa nantinya ia bersama dengan sejumlah pemenang ESRI Young Scholar Award dari negara lain akan berkumpul di San Diego mengikuti konferensi Internasional ESRI. Para pemenang akan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan kembali hasil karyanya dalam pemanfaatan sistem informasi geografi di berbagai bidang. “Ada sekitar 30-an pemenang ESRI dari berbagai negara yang akan hadir dalam konferensi tersebut dan melakukan presentasi di hadapan Jack Dangermond yang merupakan pendiri ESRI dan juga peserta konferensi lainnya,” tuturnya, Jumat (8/5) di Kampus UGM.
Ayin tidak pernah menduga akan menjadi pemenang dalam kompetisi di tingkat Indonesia. Awalnya ia hanya coba-coba mengirimkan karyanya yang berupa portal pelaporan bagi masyarakat untuk melaporkan sekolah maupun akses menuju sekolah yang rusak dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi geografi (GIS). Namun, nyatanya karyanya “AyoLaporkan!-Protecting The Education with GIS” yang dibuat dalam waktu satu minggu ini terpilih menjadi pemenang menyisihkan dua peserta lainnya dari ITB dalam tahapan final kompetisi tersebut.
Portal pelaporan karya Ayin disusun dengan menggunakan platform ArcGIS online. Keunggulan dari portal ini adalah selain bisa menjadi wahana bagi masyarakat untuk melaporkan kondisi sekolah dan akses sekitar yang rusak juga dapat menyajikan informasi secara detail akan lokasi objek pelaporan dalam waktu singkat. “Dengan memanfaatkan GIS bisa diketahui langsung koordinat lokasi sekolah mana yang rusak ,” papar gadis kelahiran Jambi, 20 tahun silam ini.
Selain itu, kata dia, melalui portal tersebut dapat diketahui rute terdekat serta akses teraman menuju lokasi objek yang dilaporkan. Bahkan kondisi sekolah yang rusak bisa diketahui langsung karena memanfaatkan citra satelit. Sementara laporan yang masuk pun bisa dimonitor secara real-time oleh masyrakat maupun pemerintah.
Menurutnya dengan portal ini dapat membantu pemerintah melakukan pemetaan kondisi sekolah yang rusak secara efisien. Dengan demikian mempermudah pemerintah dalam mengambil kebijakan serta penentuan anggaran bantuan. “Kalau portal yang sudah ada di Kemendikbud selama ini informasi yang muncul hanya berupa data-data statistik sehingga masyarakat tidak bisa tahu secara langsung sekolah-sekolah dan akses mana yang rusak. Lewat portal ini pemerintah juga bisa langsung melakukan analisis data spasial dalam waktu relatif singkat,” imbuh mahasiswi angkatan 2012 ini.
Ayin berharap prototipe yang dikembangkannya itu nantinya dapat diaplikasikan di Indonesia. Sehingga dapat terwujud pendidikan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.”Harapannya akan ada lebih banyak lagi sekolah-sekolah yang terselamatkan,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)