Pemerintah Indonesia menargetkan pada tahun 2060 akan mencapai target Net Zero Emission atau netralitas karbon sesuai dengan perkembangan sektor energi. Pada tahun tersebut, diproyeksikan kebutuhan listrik di tanah air mencapai 1.942 TWh dengan konsumsi listrik per kapita sebesar 5.862 kWh/kapita. Untuk mendukung upaya tersebut, maka pembangkit listrik nasional sebagian besar akan bersumber dari variable renewable energy (VRE) sekaligus mengoptimalkan sumber daya Energi Baru Terbarukan (EBT) lainnya untuk membantu menjaga stabilitas sistem. “Beberapa tantangan yang kita hadapi sekarang soal penerapan teknologi tinggi dan sebagian teknologi itu masih diimpor. Kita memerlukan praktik rekayasa yang baik untuk mendorong sistem tenaga listrik, kehandalan dan harga yang masih relatif mahal dibandingkan bahan bakar fosil,” kata Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Gigih Udi Atmo, Ph.D., dalam kegiatan Konferensi Internasional ASTECHNOVA ke-7 yang bertajuk Innovation for Managing Energy crisis, yang berlangsung di Hotel The Alana Yogyakarta, Rabu (4/10).
Sementara Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Selo, M.Sc., Ph.D., dalam pidato sambutannya mengatakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini diharapkan mampu mewujudkan ketahanan energi dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. “Persoalan energi tengah jadi permasalahan global. Jika tidak segera diperbaiki, kita atau anak cucu kita bisa mengalami krisis energi. Dalam konteks ini, diperlukan jembatan kajian multidisiplin sebagai reaksi responsif dan untuk menyusun strategi bersama mewujudkan ketahanan energi berkelanjutan, yang dapat tersebar melintasi batas benua dan administratif,” paparnya.Seperti diketahui, konferensi Internasional ASTECHNOVA tentang manajemen krisis energi global ini diselenggarakan oleh Fakultas Teknik UGM selama dua hari, 4-5 Oktober. Beberapa pembicara yang ikut hadir berasal dari Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Thailand, dan Kiribati. “Salah satu pembicara dari Public Utilities Board dari negara Kiribati, Mary Rui. Kita sengaja mengundang beliau sebagai panelis. Selain membahas soal persoalan krisis energi global, kita ingin memperkuat kerja sama yang lebih kuat antara Indonesia dengan negara-negara di kepulauan Pasifik,” kata Dr. Rachmawan Budiarto, salah satu anggota panitia penyelenggara.
Penulis : Gusti Grehenson