Heni Ardianto (25), merupakan salah satu wisudawan yang berhasil lulus dari Prodi Magister Sains Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, pada Rabu (24/4) lalu di Kampus UGM. Ia berhasil menyelesaikan studi S2-nya dengan IPK 3,72 dan menyandang predikat cumlaude. Tak kalah membanggakan, Ardi selama menjalani perkuliahan tanpa dipungut biaya pendidikan dengan memanfaatkan beasiswa LPDP RI.
Bukan perkara keberhasilannya menyelesaikan studi dengan predikat cumlaude atau kuliah gratis dibiayai oleh beasiswa LPDP, namun yang menarik adalah kisah Ardi dalam usahanya menempuh pendidikan dari jenjang bangku sekolah dasar, menengah hingga ke perguruan tinggi. Bahkan Ardi juga berasal dari keluarga korban bencana gempa bumi dan tsunami di Palu pada tahun 2018 silam.
Ardi bercerita ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Didik Iswanto (49) dan Tiyarmi (45). Kedua orang tuanya berasal dari Prambanan, Jawa Tengah yang mengadu nasib ke Morowali, Sulawesi Tengah sejak tahun 1983 silam. Keduanya sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani. Meski lahir dari keluarga sederhana, tak mematahkan semangat Ardi untuk mengejar asa meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dengan ketekunan, kerja keras, serta doa orang tua ia berhasil mematahkan stigma jika anak kampung dari daerah pelosok di luar Pulau Jawa dengan kondisi perekonomian pas-pasan bisa kuliah bahkan sampai jenjang S2. “Sejak kecil pengin banget kuliah. Kalau melihat kondisi perekonomian orang tua yang pas-pasan sepertinya sulit, tetapi saya modal nekat dan tekad kuat gimana caranya bisa kuliah,” jelasnya.
Ia mafhum dengan keadaan orang tuanya. Namun pria kelahiran Limbo Makmur, 2 Agustus 1998 ini memiliki semangat kuat untuk bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi jauh melampaui kedua orang tuanya yang lulusan Sekolah Dasar. Melalui pendidikan ia yakin bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik.
“Bapak dan Ibu baru bisa mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar saja. Saya pengin bisa sekolah tinggi supaya bisa mengubah kondisi keluarga ke arah yang lebih baik,” ucapnya.
Sadar dengan kondisi keluarga yang terbatas, Ardi saat menjalani kuliah juga aktif melakukan kerja paruh waktu. Mulai dengan menjadi asisten dosen baik saat S1 maupun S2, tim penyusun kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) di sejumlah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah hingga tim penyusun dokumen analisis kelayakan bisnis di beberapa perusahaan. “Selain untuk menambah ilmu dan pengalaman tentunya juga untuk menambah uang saku kuliah,” ungkapnya.
Kondisi keluarga dengan keterbatasan perekonomian tidak pernah membuatnya menjadi berkecil hati. Keadaan tersebut justru menjadi pelecut baginya untuk semangat dalam menggapai pendidikan. Ia berhasil masuk dalam jajaran siswa berprestasi di sekolah dan mengantarkannya meraih beasiswa pendidikan sejak bangku SMK hingga S2.
Ketika kuliah S2 Ardi juga aktif mengikuti sejumlah konferensi internasional. Beberapa diantaranya adalah 15th Global Conference on Business and Social Sciences 2023 di Thailand, International Conference on Business and Finance 2023 di Internasional UEH University, Vietnam, serta 42nd EBES Conference 2023 di Lisbon yang digelar secara daring.
Meski terlahir dari keluarga dengan perekonomian terbatas, Ardi membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang untuk meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Universitas Gadjah Mada terus berkomitmen kuat mewujudkan pendidikan tinggi berkualitas, berkeadilan, dan inklusif bagi semua kalangan, termasuk bagi keluarga kurang mampu, penyandang disabilitas, serta daerah 3T.
Penulis: Humas FEB UGM/Kurnia Ekaptiningrum
Editor: Gusti Grehenson