UGM saat ini telah berproses dalam mengimplementasikan manajemen risiko dalam tata kelola organisasi Universitas dengan tujuan agar kedepannya berbagai aspek kegiatan dapat dikelola berdasarkan pertimbangan risiko yang terukur untuk memberikan hasil yang lebih optimal, efektif, dan efisien. Proses implementasi sudah berjalan sejak awal kuartal empat tahun 2023 lalu, dan sudah melalui beberapa tahapan proses diantaranya penyusunan rancangan kebijakan, pemahaman proses bisnis, pelatihan penyusunan kertas kerja, dan pembangunan sistem informasi manajemen risiko.
“Ini tentunya akan terus kita tindak lanjuti dengan bagaimana konsep manajemen risiko ini dapat diterapkan. Karenanya Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Risk Workshop International (RWI) selaku konsultan manajemen risiko yang untuk UGM ketua timnya pak Dedy,” ujar Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan, Prof. Supriyadi, M.Sc., Ph.D., CMA., CA., Ak, di ruang Multimedia 1, Senin (29/4).
Membuka Training Session bertema Penilaian Risiko dan Prioritisasi Risiko, Supriyadi menuturkan pemahaman terhadap risiko atas berbagai fungsi dan kegiatan yang UGM lakukan menjadi satu bagian sangat penting didalam tata kelola organisasi yang baik. Pemahaman terhadap risiko ini tentunya bertujuan agar nantinya seluruh unit di UGM dapat memitigasi dan menghindari serta mengendalikan risiko-risiko yang mungkin muncul di dalam pengelolaan berbagai kegiatan.
Dalam berbagai kegiatan, UGM berharap dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya dampak dari risiko. Karena dalam banyak hal sering kali lupa atau tidak membuat mekanisme sistematis sebagai bagian dari program di dalam pengelolaan risiko.
“Karena kita sering tidak menyadari bahwa berbagai kegiatan yang kita lakukan ini sebenarnya selalu melekat risiko. Risiko tidak selalu hanya berdampak pada aspek keuangan saja walaupun pada akhirnya kerugian yang terjadi akan diperhitungkan aspek keuangannya, tetapi risiko ini tentunya bisa saja melekat pada berbagai aspek kegiatan yang kita lakukan,” katanya.
Risiko dapat berupa kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, atau risiko yang berupa kemungkinan pemberian pelayanan yang buruk terhadap para pihak. Hal semacam ini tentunya akan berdampak pada reputasi universitas.
Oleh karena itu dalam konteks pengelolaan risiko yang terintegrasi komitmen dari pimpinan universitas dan fakultas menjadi bagian yang penting agar secara bersama-sama menjalin kerja sama dan berbagai aktivitas dalam pengelolaan risiko yang lebih baik.
“Mengapa? karena adanya perbedaan unit kerja satu fakultas, masing-masing berbeda aktivitas sehingga kemungkinan risiko yang akan muncul juga berbeda. Karena itu menjadi bagian sangat penting, mohon kiranya bantuan untuk mengidentifikasi risiko apa saja yang ada di fakultas, unit kerja bapak ibu sekalian untuk proses-proses berikutnya adalah melakukan mitigasi dan mengelola risiko-risiko yang ada,” pungkasnya.
Drs. Deddy Jacobus, M.B.A. dari Risk Workshop International mengatakan ketika berhadapan dengan perubahan dan hari esok maka yang akan muncul adalah efek dari ketidakpastian. Efek inilah, menurutnya yang perlu diolah, dan ketidakpastian tidak mudah dikelola.
Ketika tidak bisa diukur maka yang akan diukur adalah efeknya. Efek yang timbul dari pencapaian atau sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Efek ini dari manajemen risiko diukur dari 2 dimensi.
“Dimensi seberapa besar terjadinya suatu peristiwa berpengaruh terhadap capaian sasaran-sasaran kita dan seberapa besar dampaknya terhadap sasaran-sasaran kita. Jadi ada aspek probabilitas dan adanya aspek konsekuensi atau dampak dari terjadinya peristiwa,” paparnya.
Penulis: Agung Nugroho