Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Wuri Handayani, S.E., Ak., M.Si., M.A., Ph.D. menggelar acara syukuran kelulusan pada Jumat (25/8) malam. Acara tersebut ditujukan untuk mengapresiasi sekaligus membangun motivasi teman-teman mahasiswa penyandang disabilitas yang baru saja wisuda. Berbagai cerita mengalir dalam suasana kekeluargaan yang hangat malam itu.
“Ini memang budaya kita, jadi setiap ada yang lulus selalu kita gelar syukuran. Makan-makan bersama, sekaligus kita ingin memotivasi teman-teman ini untuk ke depannya,” ucap Wuri. Wuri dikenal sebagai dosen yang aktif menyuarakan berbagai isu mengenai disabilitas. Ia gencar mendorong motivasi mahasiswa untuk membangun mimpi mereka. Wuri juga merasa bangga dengan hasil studi teman-teman mahasiswa disabilitas yang sangat memuaskan. Mereka paham betul bahwa kekurangan bukanlah suatu hambatan dalam meraih cita-cita.
Alexander Farrel Rasendriyo Haryono, salah satu mahasiswa penyandang disabilitas netra berhasil lulus dari Fakultas Hukum UGM dengan predikat cumlaude. Malam itu, ia menceritakan pengalamannya menjalani studi di UGM. “Saya merasa bersyukur dan berterima kasih, terutama pada Bu Wuri, teman-teman juga yang sudah bantu, sudah support. Kedepannya sih, rencananya saya mau cari kerja dulu yang sesuai, baru nanti mau lanjut S2,” ucapnya sembari tersenyum malu.
Tak hanya Farrel, cerita Muhammad Faqih Husaen, Mahasiswa Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM juga tak kalah menarik. Selain turut menyandang predikat cumlaude, ia juga aktif mengikuti berbagai perlombaan dan berhasil mengembangkan aplikasi informasi khusus penyandang disabilitas. Baginya, inti utama dari kemampuan yang ia miliki adalah ketika dapat bermanfaat bagi sesama. Sebagai penyandang disabilitas, ia tahu betul bagaimana sulitnya mengakses informasi. Alhasil, ia berinisiatif mengembangkan aplikasi dengan dukungan dana dari Kemeterian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).
Selain itu, ada pula Mas Farouq Uz Zaman Al Qodry dari Prodi Teknologi Veteriner Sekolah Vokasi yang juga meraih cumlaude. Farouq selama ini juga aktif sebagai asisten dosen dan membantu berbagai project penelitian. Farouq juga berpesan kepada mahasiswa disabilitas untuk terus bersemangat belajar dan selalu memperjuangkan hak-hak mereka. “Jangan merasa rendah diri karena kita semua adalah setara dan punya hak yang sama,”kata Farouq.
Berkenaan dengan pengembangan lingkungan ramah disabilitas di UGM, Wuri mengaku sedang merumuskan proyek pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD). “Sewaktu saya pendidikan di luar negeri itu, mereka memiliki unit khusus untuk layanan disabilitas. Jadi setiap mahasiswa disabilitas itu benar-benar didampingi sampai lulus, bahkan oleh 2-3 pendamping. Kita sedang mengusahakan lagi pembentukan ULD ini supaya mempermudah teman-teman disabilitas dalam belajar. Proyek ini sempat tertunda ya, saat pandemi. Tapi sejak dipegang Bu Wening ini semakin digencarkan lagi,” ungkap Wuri.
Pembentukan ULD ini rencananya akan meliputi berbagai hal, terutama layanan akademik hingga sarana prasarana. “Kalau saat ini kan, ada dari teman-teman UKM Peduli Difabel yang ikut membantu. Tapi bagaimana pun setingkat UKM tentu tidak sepenuhnya memiliki wewenang dalam memberikan layanan disabilitas ini. Jadi harusnya dari pihak universitaslah yang mengusahakan agar tercipta lingkungan yang ramah disabilitas. Ini sedang kami kerjakan, jadi semoga bisa segera diimplementasikan,” tambah Wuri.
Penulis: Tasya