Mahasiswa UGM mengembangkan konsep pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tani. Dengan menggandeng karang taruna setempat, program ini dilaksanakan sebagai bentuk pengabdian mahasiswa UGM untuk masyarakat di Dusun Caban Gunung, Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Kegiatan pembuatan limbah batang pisang menjadi kompos diinisiasi oleh lima mahasiswa kluster agro. Mereka adalah Indah Isnaeni Hidayati, Ulin Nuha Diah Wulandari, Galih Raka Siwi (Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian 2021), Triya Prasasti (Agronomi 2022), dan Andreleo Jean Caesar Purnama (Kehutanan 2022) di bawah bimbingan Arom Figyantika, S.Hut., M.Sc., Ph,D.
Kenapa batang pisang, karena bagi masyarakat umum batang pisang dianggap sebagai hasil samping pertanian yang tidak dimanfaatkan lagi. Proses kegiatan mulai dari sosialisasi, praktik, hingga monitoring program dilakukan secara berjenjang mulai dari nulan Agustus hingga Oktober 2023.
Indah Isnaeni Hidayati mengatakan banyak petani di daerah-daerah setelah memanen buah pisang seringkali membiarkan batang pisang teronggok sebagai sampah. Termasuk pohon yang mudah dibudidayakan menjadikan alasan kenapa pohon pisang yang sudah tidak produktif di banyak tempat dibiarkan mati hingga membusuk.
“Limbah batang pisang di Dusun Caban Gunung, Kartoharjo sangat banyak jumlahnya, namun biasanya hanya didiamkan membusuk,” ujar Indah, di kampus UGMKamis (21/9).
Selaku ketua tim pengusung program, menurutnya kondisi tersebut sangat disayangkan karena di dusun Caban mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani yang pupuknya masih bergantung pada produk pupuk kimia. Sementara limbah batang pisang yang melimpah dapat diolah menjadi pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani.
Menurutnya, penggunaan pupuk kimia dalam budi daya pertanian memang memiliki efek langsung yaitu lebih cepat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan buah dibanding dengan menggunakan pupuk kompos. Namun, penggunaan pupuk kimia yang banyak dan dalam jangka waktu yang panjang berdampak tidak baik bagi kesuburan tanah.
“Di sisi lain ada banyak sisa pertanian yang bisa dijadikan pupuk salah satunya batang pisang yang tak terpakai. Kandungan nutrisinya cukup bagus bila diolah lebih lanjut. Batang pisang kaya akan unsur makro, mikro, serta mikroba yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, khususnya setelah melalui proses pengomposan,” terangnya.
Menurut Indah dengan pengolahan batang pisang menjadi kompos menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan limbah batang pisang di masyarakat. Selain itu mampu mendukung implementasi perbaikan lahan pertanian berkelanjutan.
Dengan melibatkan karang taruna dusun Caban, menurutnya turut menghidupkan organisasi karang taruna yang selama ini dinilai kurang aktif. Dengan kegiatan bersama membuat kompos dari limbah batang pisang ini diharapkan dapat menjadi media dinamisator kelompok dan proses untuk saling kerja sama pemuda dalam membantu masyarakat.
“Pupuk yang dikembangkan merupakan campuran antara batang pisang, kotoran ternak, dan bahan-bahan alami lainnya,” ucapnya.
Program pelatihan berupa sosialisasi dan praktik pembuatan pupuk kompos batang pisang telah dilakukan pada 6 Agustus 2023 lalu dengan dihadiri anggota karang taruna dan beberapa masyarakat tani sekitar Dusun Caban Gunung. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan packing dan aplikasi pupuk bersama pada lahan percobaan.
“Ke depan diharapkan pupuk ini mampu disebarluaskan dan diperjualbelikan oleh karang taruna setempat untuk mendukung pemasukan ekonomi karang taruna serta dalam rangka menggaungkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki lahan pertanian,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho