Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan bahan mineral membutuhkan data magnet bumi yang akurat untuk menunjang kelangsungan roda perekonomian selain kebutuhan informasi di bidang pertahanan, transportasi dan aktivitas masyarakat. Dalam pemodelan geomagnetik regional stasiun pengukuran ulang (repeat station) memiliki peranan penting sebagai penyedia data primer. Penggunaan pengukuran stasiun pengukuran ulang ini sudah dilakukan BMKG sejak 1985 dan diperbarui setiap 5 tahun.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Geografi, Fakultas Geografi UGM, Muhamad Syirojudin, S.Si., M.Si., berhasil melakukan riset penyempurnaan penggunaan model geostatistik medan geomagnetik regional sebagai referensi untuk masyarakat dengan membangun aplikasi kalkulator magnet bumi yang berbasis situs web. Pasalnya, saat ini masyarakat masih menggunakan data rujukan medan magnet bumi yang berasal dari model global seperti National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Padahal, model global tersebut memiliki keterbatasan dari segi akurasi dibandingkan dengan model regional.
Aplikasi yang dikembangkan oleh Syrojudin ini merupakan sistem kalkulator geomagnetik yang mampu menghitung dan memperkirakan nilai medan magnet pada titik dan waktu tertentu di muka bumi. Bahkan, kalkulator geomagnetik ini memberikan fungsi yang cukup sederhana dimana pengguna melakukan input waktu dan koordinat lokasi untuk dihitung, maka aplikasi ini akan menghitung nilai medan magnet pada lokasi tersebut.
“Aplikasi kalkulator medan magnet bumi dibuat untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh hasil nilai komponen medan magnet bumi yang akurat secara spasial dan temporal. Aplikasi ini menghitung nilai pada rentang periode epoch dengan data variasi yang bersifat linier untuk jangka waktu prediksi 5 tahun,” kata Syrojudin dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi UGM, Senin (24/7).
Menurut Syrojudin, aplikasi kalkulator magnet bumi menggunakan platform PHP, database MySQL dan OpenStreetMap yang bersifat open source. Penerapan metode collocated cokriging (CC) yang dijadikan dasar dalam aplikasi kalkulator ini mampu meningkatkan akurasi pemodelan geomagnetik regional di Indonesia. “Metode CC mampu mengombinasikan antara data sekunder model IGRF sebagai input medan magnet inti dan data repeat stations sebagai data primernya. Soal akurasi data sudah teratasi dengan dalam aplikasi ini dan aplikasi berbasis website ini memungkinkan untuk kemudahan akses,” papar peneliti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) RI ini.
Seperti diketahui metode collocated cokriging merupakan metode geostatistik terpilih dimana mampu menghasilkan pemodelan geomagnetik regional dengan nilai root mean square (RMSE) terkecil. Syrojudin berharap hasil penelitiannya soal kalkulator magnet bumi ini dapat dijadikan referensi medan magnet bumi secara nasional.
Penulis : Gusti Grehenson